Propellerads

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sunday, December 27, 2015

Bertemu @eae18 di Tangerang

Sebelum menceritakan pertemuan itu, alangkah baiknya saya ceritakan dahulu mengapa saya follow beliau.

Kalau tak salah ingat, pertengahan tahun 2013, saya disarankan kawan untuk follow beliau. Teman saya, sebut saja peyeq, menganjurkan : "untuk perindah timeline twittermu coba follow dia, dia banyak cerita banyak tentang "kejujuran" di media". Saran itu saya turuti.

Lama menyimak twitnya, saya mencoba menanyakan facebook @eae18 (selanjutnya nanti saya tulis dengan panggilan "Om"), dan beliau memberikan alamat facebooknya. Maka januari 2014, kami resmi berteman di facebook, dan belum difollback di twitter.

Memang benar kata Peyeq, om @eae18 banyak menceritakan hal tak lazim media-media di Indonesia. Bahkan pernah beliau mengungkapkan sisi lain Media Indonesia pada tahun 2012, yang berujung mundurnya beliau di media tersebut.

Lama mengikuti di twitter, hal tak kusangka akhirnya beliau secara sengaja follback pada pertengahan tahun 2015. Kultwit beliau memang menyejukan. Bahkan ketika membaca :"menikahimu, cara membesuk cahayaMu". Air mata saya menetes seperti hujan di bulan januari.

Maklum, saya memang tak pernah berpacaran, bahkan disebut jomblo taat. Taat untuk tidak berpacaran, maksudku. ☺☺☺😀😀😀😀

Pernah suatu kali dia menulis sebuah twit : "Aku salat karena aku sesat". Maka saya memunculkan ide untuk membuat kaos, dan sempat tertulis disini.

Karena saya ingin belajar lebih, saya menginginkan bertemu secara langsung dengan Om @eae18. Bagi saya, bertemu secara nyata dengan orang di media sosial, cara bersilaturahmi yang baik. Maka saya utarakan niat tersebut pada bulan oktober 2015. Namun karena kondisi keuanganku tak cukup, saya mengurungkan niat ketemu.

Pertengahan bulan november, sayapun akhirnya menentukan tanggal pertemuan. Berkomunikasi melalui twitter makin intens dan saya utarakan ingin bertemu pada 21 desember 2015, di UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang.

Bertemu di Alam Sutera

Maka berbekal tiket kereta api yang berangkat tanggal 19 Desember 2015, saya ke Jakarta. Niat sudah bulat. Bertemu kawan-kawan jakarta, dan menemui Om @eae18. Selama perjalanan 7 jam, Semarang-Jakarta, menggunakan kereta, saya menyempatkan menghubungi kawan-kawan maupun saudara untuk menginap. Beberapa kawan belum memberi jawaban, atas kesediaannya. Namun saya yakin bakal ada tempat untuk menginap. (Cerita perjalanan di kereta api tanggal 19 hingga 20 desember bakal saya ceritakan di blog ini dengan judul lain)

Senin, 21 desember. Saya menginap di Sunter. Tempat kakak sepupu saya, bernama nazal. Pada hari itu kebetulan mengajak menemui kliennya di sekitaran Bundaran HI. Kami bangun pagi, lalu bergegas, dan berangkat. Selama menemui klien, nazal yang kebetulan followers Om @eae18, juga punya keinginan bertemu beliau. Tak lupa saya mengontak Om @eae18 melalui Whatsapp, untuk bertemu di UIN, sekitar jam 2 siang.

Setelah selesai bertemu klien, kami mampir di rumah pakdhe di Sunter. Di rumah pakdhe bertemu saudara sepupuku lain, bernama wawan. Niat kami mampir untuk menanyakan pekerjaan. Eh gak disangka mas wawan juga ingin pergi ke tempat kerjanya di Alam Sutera, Tangerang. "Daripada kami bengong di kost, dan bakal bosan." usul Nazal. Dan mas wawanpun memberiku saran : "jarak antara Alam Sutera ke UIN Syarif Hidayatullah sekitar 1 jam. Ayo kalau mau ikut sekalian."

Perjalanan roda dua dari Sunter, Jakarta utara hingga Alam Sutera, Tangerang Selatan kurang lebih dua jam. Kamipun menuju ke United Bike, Alam Sutera, tempat mas wawan akan melakukan pekerjaannya. Kebetulan mereka sering mengerjakan proyek pemasangan kaca dan aluminium di beberapa tempat di jabodetabek. Dan hari ini, dia untuk pemasangannya.

Di parkiran ini, kami menunggu barang yang akan dipasang. Sembari bercakap-cakap, saya pun mengontak Om @eae18, menanyakan memastikan tempat ketemuan. Antara UIN atau rumah beliau. Tak kusangka beliau malah menyarankan saya untuk ke rumahnya. Karena sudah dekat dengan tempat tinggal beliau.

Sekitar pukul 13.49 Om @eae18 menelpon saya melalui Whatsapp. Karena sinyal handphone jelek, suara agak kurang jelas. Aku cek chatting di Whatsapp, eh malah beliau mengatakan sudah diparkiran.

Sayapun beranjak dari taman dan mencari beliau di parkiran. Memastikan kami berada di tempat ini. Dari arah masuk parkiran kulihat seseorang mengendarai motor vixion merah, dengan jaket parasit hitam, dan menghampiriku. Sayapun bertemu, dan menyalami. "Kamu sama siapa disini?" sapaan pertama beliau. "Sama saudara dan teman" jawabku. "Mau mampir ke rumah?" tanya beliau lagi. "Sebentar saya pamit dulu sama saudara."

Saya dan nazal, mengikuti kendaraan yang dibawa Om @eae18 ke arah dekat tol. Kami lalu menuju jalanan pasar, dan menuju perkampungannya. Saat hampir sampai ke rumahnya, ada mobil berhenti di tengah jalan satu-satunya yang akan kami masuki. Om @eae18 masuk dan menemui sopir dan mengatakan sesuatu. Mobil tersebutpun maju dan minggir.

Pintu gerbang setinggi satu setengah meter, dibuka Om @eae18. Kami masuk ke rumah yang mempunyai halaman cukup untuk memarkirkan 4 mobil, dan beberapa motor. Rumah semi letter L, dan halaman yang melengkapi bentuk persegi. Kami menuju teras rumah yang terdapat meja dan kursi. Om @eae18 mempersilakan kami duduk. Kulihat halaman rumah terdapat hijaunya jenis dedaunan dari berbagai macam pohon yang sangat sejuk dipandang ketika sore tiba.

Om @eae18 mengawali obrolan : "kalian para jomblo kok yo betah ya?" . Kami diam sejenak. Berbagai alibi kuutarakan mengapa betah sendiri. Nazal menimpali dan bercerita. Cerita yang menurutku sangat ditutup rapat, terbuka saat itu. Saya sempat tercengang ketika dia bicara hal pribadi itu. Betah jomblo karena janji ibu dan keluarganya yang dibayar lunas.

Lalu bercerita saat pengambilan raport anaknya. Persis seperti status facebooknya tempo lalu. Kemarahan beliau, mengetahui seorang guru melakukan "Orba". Asyik bercerita, kami ditawari kopi. Dipanggillah Osa dan raffi. Osa, anak pertamanya yang saat itu memakai kaos chelsea keluar dan menyalami kami. Raffi anak kedua beliau juga keluar dan diminta ke warung untuk beli kopi. Sambil menunjukkan Osa, Om @eae18 bercerita : "di kelas cuma Osa, cowok yang remedial. Padahal pernah saya kirim ke pare untuk belajar bahasa inggris. Kok bisa bisanya remedial? Ada yang gak bener nih dengan gurunya." sayapun manggut-manggut. "Tadi, di ruang guru saya labrak tuh har gurunya. Saya gebrak meja gurunya. Dan saya minta pertanggungjawaban, mengapa anak saya bisa diremedial." ucapnya kesal. "Sekarang saya tes, ibu atau anak saya yang pintar berbahasa inggris. Biar seluruh guru diruangan ini tahu. Siapa yang pintar." lanjutnya.

Obrolan pertama ini mengalir. Kami bahas sedikit tentang pendidikan. Bagaimana peran murid dan guru. Ketika guru menjadi digugu lan ditiru melakukan penggebirian terhadap murid jelas ini tindakan orba. Hanya karena tak suka dengan murid, guru menganulir nilai mata pelajaran saat UAS, jelas ini orba.

Raffi pulang. Om @eae18 pamit ke dalam untuk buat kopi. Saya dan Nazal mengomentari sekitar halaman rumah ini. Begitu juga, Kolam ikan yang kotor karena lumut, plastik, dan dedaunan.

Sambil berbisik Nazal memintaku membeli rokok. Sayapun bergegas ke warung. Sekembalinya dari warung. Kulihat ada dua anak seusia SMA berdiri didepan rumahnya. Sayapun masuk tanpa mengajak mereka. Karena tak tahu maksud mereka berdiri di depan gerbang itu.

Saya kembali ke kursi, dan duduk. Beberapa menit kemudian kopipun diantar ke meja kami. Kulihat dua anak tadi juga masuk dan menyalami kami. Om @eae18 membuka omongan tentang sekolah mereka. Dan bercerita kembali seperti yang saya tulis diatas mengenai pendidikan. Osa, kemudian dipanggil dan menyalami mereka. Itu cara menyapa tamu.

Mereka berdua adalah murid ekstrakurikuler jurnalistik di salah satu MAN di Tangerang. Kedatangannya juga seperti saya, silaturahmi. Itu kudengar dari percakapan mereka pada om @eae18. Keduanya sedikit gelisah, karena menunggu kawan lain yang belum datang. Adzan ashar terdengar sayup bersamaan angin yang sepoi-sepoi diantara obrolan kami.

Keduanya pamit untuk beli minum sembari menunggu kawan lain.

Kami saling mengutarakan banyak hal yang terjadi di twitter, dunia nyata jakarta, hingga beberapa tokoh-tokoh yang dia kenali secara dekat. Kami sangat terbuka bercerita. Kondisi dibalik layar para tokoh, dan lainnya.

Anak SMA tadi kembali dengan membawa lima cup es. Beberapa menit kemudian 2 teman dari anak SMA itu datang. Kami duduk bersama di terasnya. Saling menyalami dan bercerita. Lagi-lagi cerita bercerita tentang pendidikan. Keadaan sekolah dan tentang guru yang dibentak. Saya mendengarkan dengan seksama. Salah satu dari mereka menyampaikan bahwa guru itu, tidak kompeten dalam mengajar. Saat menerangkan, menurut mereka, seperti bergumam dan sulit dipahami.

Ditengah-tengah obrolan, kami kedatangan tamu lain. Seorang lelaki berpakai koko, sarung, peci dan tas kecil. Silaturahmi ini makin ramai. Kawan-kawan saling bercerita, mendengar, dan menjawab seperti diskusi.

Handphone om @eae18 berdering. Dan diangkat. Panggilan telepon dari sang istri minta dijemput. Kami lalu ditinggal om @eae18 untuk menunggu istrinya, disalah satu tempat pemberhentian bus.

Kami mengalir bercengkeraman. Sayangnya anak-anak SMA lebih memilih menghindar, untuk membicarakan hal lain. Mereka memilih di duduk halaman yang disulap jadi seperti bangku taman, di bawah pohon.

Lelaki yang berbaju koko lengkap itu baru tahu kalau bernama miftah. Kami bicara banyak hal : tanaman, peternakan, hingga pekerjaan. Nazal meninggalkan kartu namanya ke miftah.

Saat maghrib. Om @eae18 kembali bersama istrinya. Kami dikenalkan ke istri beliau. Sang istripun menyalami kami. Tak lupa om @eae18 membawa gorengan.

Sejenak om @eae18 masuk ke rumah. Setelah itu kembali bercengkrama. Satu persatu dari kami memohon izin untuk salat.

Om @eae18 mendekatiku dan mengatakan hal yang tak kuduga sama sekali. Baru pertama kali bertemu beliau mengatakan sisi lainku. Sebagai lelaki normal dan belum beristri, penyaluran hasratku ya di kamar mandi. Lalu beliau memberiku saran yang baik. Sangat hati-hati beliau mengutarakan hal itu.

Siswi-siswi SMA itu undur diri dan pamit pulang. Karena waktu memang memungkinkan mereka pulang larut.

Miftah sebenarnya juga mau pamit pulang. Takut tak ada angkutan umum menuju rumahnya. Kami lalu diajak makan ke warung makan padang, sembari mengantar miftah ke tempat pemberhentian bus. Saat makan wawan menelpon. Menanyakan kemana kami.

Selesai makan, kami menemui wawan ditempat yang disebutkan. Miftahpun kami tinggal di warung makan tersebut. Kami pamitan, karena arah yang dituju miftah seberang jalan.

Lalu kami menemui wawan. Kami diberi kabar tempat dia  menunggui kami. Dia mengatakan salah satu tempat dekat IKEA. Kami menjemput dan mengajak ke rumah om @eae18. Lampu-lampu di sekitar Alam Sutera Tangerang memancarkan keindahan sudut-sudut kota ini.

Kami kembali ke rumah om @eae18. Kami duduk kembali di bangku dan melanjutkan obrolan yang belum kami ketahui.

Hal-hal tentang agama : shalat, tasawuf, hingga batiniah. Dikupas sedikit demi sedikit. Kami sebagai tamu senang mendapat wawasan baru tentang agama.

Kami diberi wejangan sangat menarik malam itu. Ketaatan seorang anak ke ibunya. Beliau : "kalau kamu ingin sukses, muliakan ibumu." sambil mengutip kisah Uwais Alqarni, dan hadits nabi tentang ibu. "Kamu kalau ingin memuliakan ibu, caranya: kamu pulang temui ibumu, terus cuci kaki beliau, minum air yang kamu buat cuci kaki ibu. Insya Allah akan terkabul semua doamu, urusanmu." air mataku tiba-tiba menetes, mendengar uraiannya tentang ibu. Saya makin ingat ibu, yang kadang kubantah ucapannya. Saya akui, saya bukan lelaki yang belum bisa membalas kebaikan ibu.

Makin intens dan perlahan bercerita alasanku belum ingin menikah. Dan saya menganalogi pengalaman kawan sekitar, yang gagal di pernikahan. Cerita gagal pernikahan kuungkap. Juga hal lain di keseharian kami.

Jam di handphone kami menunjuk pukul 12.56. Dan pamit.

http://goo.gl/fb/sgy9v0

Belajar dari Sinestesia Efek Rumah Kaca

Jumat, 18 desember 2015, pukul 00.00 WIB, efek rumah kaca secara resmi merilis album ketiga. Album lanjutan selama 7 tahun vakum. Efek rumah kaca mengumumkan ke publik secara online, album yang mereka rilis. Melalui I-tunes, dezeer dan beberapa media penjualan musik digital online, musik mereka boleh diluncurkan saat itu juga.

Bagi saya yang yang tak bisa membeli Digital, pilihan lain adalah menunggu rilis albumnya. Album bentuk CD sebenarnya sudah disiapkan demajors.

Ada hal menarik ketika mendengar nama sinestesia. Menurut KBBI :
si·nes·te·sia /sinéstésia/ n Ling metafora berupa ungkapan yg bersangkutan dng indra yg dipakai untuk objek atau konsep tertentu, biasanya disangkutkan dng indra lain. bisa dilihat http://goo.gl/Gq4kf0

Bagi pendengar setia efek rumah kaca, pasti pernah dengar Sebelah Mata yang diciptakan Adrian Yunan, sang basis. Dalam liriknya, sang basis bercerita pengalaman beliau mengalami kebutaan yang dia alami karena retinus... (Saya lupa). Pada sebelah mata adrian mendefinisikan penyakitnya sebagai diabetes.

Ada cerita sebelum rilis album ini, beberapa materi lagu telah mereka siapkan. Saat proses perekaman satu per satu lagu, Cholil dkk, memberikan lagu-lagu tersebut untuk diperdengarkan Adrian, sang bassis. Secara tidak langsung, Adrian merespon lagu-lagu itu dengan warna. Putih salah satunya, terdiri dari 2 lirik : Ada dan Tiada, yang bercerita pengalaman hidup kawan-kawan di balik efek rumah kaca mampu didefinisikan dengan warna putih, sebagai simbol kedamaian, suci.

Maka wajar jika masing-masing berjudul "Merah", "Biru", "Jingga", "Hijau", "Putih", dan "Kuning", memang didedikasikan pada Adrian.

Pemilihan warna-warna tersebut menurut Cholil kepada Tribun News dilakukan oleh Adrian yang hingga saat ini belum dapat menemani mereka di atas panggung.

Friday, November 20, 2015

Rokok dan Marketing Akhir Tahun 2015

Rokok sebagaimana diketahui merupakan aset bangsa. Dari rokok, perekonomian Indonesia mampu ditopang. Contoh riil rokok mampu menopang perekonomian dapat dilihat dalam bungkusnya. Pada label cukai disebutkan bahwa SKM 2015 adalah Rp. 415/batang.

Dari sisi itulah rokok menyumbang pajak sekitar 35% per batangnya.

Lalu dalam bidang marketing, rokok justru saling bersaing. Para salesman, berlomba-lomba "membunuh" satu sama lain.

Bagaimana mereka bersaing?

Saya ambil contoh di sekitar sampangan Semarang, beberapa warung mempunyai trade mark sendiri. Nah dari situ mereka bermain. Aturan diterapkan. Rokok merk A, tak boleh masuk dalam warung yang punya trade mark rokok B. Begitu sebaliknya.

Akhir tahun, memang digunakan perhitungan tutup tahun. Lebih umum pabrik menggunakan kuartal per 3 bulan, per 6 bulan, atau per 4 bulan. Perhitungan itu digunakan untuk statistik penjualan yang berjalan dalam setahun.

Penjualan yang harusnya dipatok memenuhi target dalam setahun. Namun saat target tak terpenuhi, berbagai cara dipakai untuk mendongkrak dagangan. Promosi besar-besaran, jalan terakhirnya. Sales menerapkan aturan : hadiah berupa alat elektronik jika rokok merk lain tidak dijual di warung yang dikunjungi, setiap pembelian rokok di agen/pasar dilakukan pengecekan nota agar rokok merk lain terdeteksi pembeliannya.

Langkah itu mampu menarik minat warung untuk ikut. Namun perlu diingat bahwa cara itu mematikan dagangan rokok merek lain.

Cerdasnya pemilik warung ialah tetap menjual rokok merek lain dengan terselubung.

Thursday, November 19, 2015

Zen - Tak Harus Sama

*Cobalah tuk pahami arti
Perbedaan ini
Tak selalu kita harus sama
Menjalani semua ini
Kita memang berbeda

**Oh coba pikir sejenak
Tak harus sama
Jalani saja
Kita pasti bisa hadapi

Back to * dan **

Oh coba renungkan lagi
Tak harus sama
Jalani saja
Kita pasti bisa hadapi

Oh.....
Cara berpikir kita tak harus sama... 4x
Kita memang berbeda.
Cobalah tuk pahami arti
Perbedaan ini


Melalui akun facebook mas Helmy Prastowo Budi yang melintasi berandaku, beliau memberikan #freesongdelivery lagu lamanya saat di Zen. Mungkin bagi yang belum tahu ZEN, wajar karena band tersebut telah lama tak mengudara seperti pada umumnya.
Band ZEN itu merupakan alumni Dream Band TV7 tahun 2005.

Saya tak ingin larut ke dalam band tersebut, karena saat akan menuliskan makna dibalik lirik ini. Melalui kontak WA, saya menanyakan langsung pada empunya lagu ini. Helmy Prastowo Budi.

Beranda facebook helmy


Lagu yang masuk ke emailku.

Lirik yang ditulis beliau tahun 2008 dan direkam di Home studio. Dan diaransemen oleh ZEN ini bercerita banyak hal. 
Jika ditelaah lebih dalam, beliau mencoba memberi pemahaman sebuah perbedaan. Sikap dan cara berpikir, harus dipahami lebih. Memang setiap orang berbeda. Tiap individu, mempunyai cara menjalani hidup dengan berbeda. Dari situ tiap individu mampu berpikir dewasa.

Pada bait 2 dan 3, disebut dua kali bahwa kita harus Jalani saja//Kita pasti bisa hadapi//.

Jika ingin mendapat #freesongdelivery bisa tulis email di kolom komentar. 

Thanks mas Helmy untuk #freesongdelivery yang kesekian kalinya. 

Monday, November 16, 2015

Frau - Sepasang Kekasih Bercinta di Luar Angkasa

Di rentang waktu yang berjejal dan memburai, kau berikan,
Sepasang tanganmu terbuka dan membiru, enggan
Di gigir yang curam dan dunia yang tertinggal, gelap membeku
Sungguh, peta melesap dan udara yang terbakar jauh

*) Kita adalah sepasang kekasih yang pertama bercinta di luar angkasa

Seperti takkan pernah pulang (yang menghilang) kau membias di udara dan terhempaskan cahaya
Seperti takkan pernah pulang, ketuk langkahmu
menarilah di jauh permukaan

Di rentang waktu yang berjejal dan memburai, kau berikan,
Sepasang tanganmu terbuka dan membiru, enggan

*)
Seperti takkan pernah pulang (yang menghilang) kau membias di udara dan terhempaskan cahaya
Seperti takkan pernah pulang, ketuk langkahmu
menarilah di jauh permukaan

Jalan pulang yang menghilang, tertulis dan menghilang,
karena kita, sebab kita, telah bercinta di luar angkasa

Monday, November 9, 2015

Dibalik Lirik "Selamat Datang" Sheila on 7

Lirik Selamat Datang 


ini lagumu yang kutuliskan
untuk temani dimanapun kau
tetap semangat jadi dewasa
seperti yang kamu impikan
jangan mengeluh jadilah tangguh
seperti yang kau impikan
dimanapun kau berada
ho…o bahagialah
dimanapun kau berada
ho…o selamat datang
tuhan tak akan meninggalkanmu
atas yakinmu sejauh ini
jangan mengeluh jadilah tangguh
seperti yang kamu impikan
dimanapun kau berada
ho…o bahagialah
dimanapun kau berada
ho…o selamat datang
For all the good times
And all the bad times
I'll follow you with this song
I'll follow you

Foto by @abdee507 

Bagi yang punya album ini. Pasti tak asing dengan lirik di atas. Lagu pembuka di album Musim yang baik ini, mempunyai banyak makna. Diusia yang menginjak 20 tahun menunjukkan Semakin dewasanya Sheila on 7. Melalui lirik Selamat Datang ini, Duta memberi contoh pada dua sisi. Sisi dia sebagai bapak untuk anak-anaknya, dan anak dari bapaknya.

Dia memberikan optimistik kepada anaknya melalui lirik "jangan mengeluh jadilah tangguh, seperti yang kau impikan" yang didapat dari sosok ayahnya. Komunikasi yang baik dari dua generasi ini menunjukkan sifat asli penulis lirik. Yang saya ketahui, Duta memanglah bijak ketika memutuskan. Dan wajar jika nanti mengharapkan sang anak, kelak menirunya.

Lirik sesudahnya ialah apa yang diharap oleh sang ayah. "Dimanapun kau berada, berbahagialah. Dimanapun kau berada, selamat datang" merupakan wujud doa sang ayah padanya.

Ada hal yang lebih menarik dalam lirik " Selamat Datang" ini. Seperti : Tuhan tak akan meninggalkanmu//atas yakinmu sejauh ini// lirik ini kalau boleh, kawan telisik dalam Alquran atau Alkitab (cek kitab masing masing ya?, hehehe), bakal menemukan banyak hal tersurat di dalamnya. Dugaanku, Duta memang sengaja menyisipkan ayat-ayat tersebut secara sengaja. Ringan namun mengenai. Dan kebetulan lagu ini, easy listening.


Demikian uraian singkatku.
@nahar_gostu

Sunday, November 8, 2015

Para Kekasih Iblis

Para Kekasih Iblis
Oleh Emha Ainun Nadjib • 13 Oktober 2012

Semakin banyak orang tahu bahwa dunia ini bergerak menuju “Indonesia harus terus hidup, tapi jangan sampai besar dan kuat. Negara Indonesia harus lemah, bangsa Indonesia harus kerdil”.
Maka orasi seorang tokoh tua di sebuah “rapat gelap” ini mungkin justru merupakan ungkapan cinta yang mendalam dan pembelaan kepada Indonesia:
“Kita bangsa Indonesia jangan sampai berhenti berjuang sebelum Indonesia benar-benar total kehilangan Indonesianya. UUD perlu kita amandemen terus sampai berapa kalipun sampai kelak nasionalisme dan kedaulatan keIndonesiaan terkikis habis”.
“Setiap bikin undang-undang baru, peraturan-peraturan baru, di lembaga kenegaraan sebelah manapun, di tingkat paling atas sampai bawah, sebaiknya dipastikan menuju proyek besar sejarah de-nasionalisasi Indonesia hingga titik paling nadir”.

“Demikian juga policy dan penanganan segala bidang: perdagangan, pertanian, perpajakan, pendidikan, kebudayaan, sampaipun cara berpikir dan selera makan, hendaknya jangan memanjakan ke-Indonesiaan. Bangsa Indonesia adalah bangsa besar yang dengan ketangguhannya siap ditimpa dan memikul ujian-ujian sangat berat yang tak mungkin dipanggul oleh bangsa-bangsa lain”.

“Pemimpin bangsa berikutnya haruslah lebih buruk. Nasionalisme Indonesia harus dihajar habis sampai tingkat kematian yang memungkinkan ia lahir kembali. Kita memerlukan tempo yang lebih tinggi untuk menyelenggarakan kehancuran, kebobrokan dan kebusukan — bangsa kita amat sangat tahan derita, sanggup hidup nyaman dalam kebusukan, bahkan mampu hidup sebagai kebusukan itu sendiri”.

“Dialektika Penghancuran Nasional harus dipacu habis. Kokohkan setiap pemerintahan sebagai perusahaan yang memanipulasi dan mengeksploitasi rakyatnya. Proyek penjualan tanah air dengan segala kekayaannya harus dijadikan ideologi utama”.

Pasti itu bukan pernyataan politik. Bukan anjuran sejarah. Itu jeritan orang patah hati.
Kalau Negara rusak, pemerintahan penuh dusta, sistem bobrok dan prinsip nilai jungkir-balik: yang terutama menangis adalah “orang”. Adalah “manusia”. Adapun Negara, pemerintah, sistem, nilai, tak bisa menangis, tak bisa bersedih. Juga tak menanggung apa-apa. Yang menanggung duka derita adalah manusia.

Jadi tulisan ini tak lebih hanyalah tegur sapa dengan sesama manusia, dengan derita hatinya, tangisnya, sepi dan bisunya.
Dan apa boleh buat, kalau menyapa manusia, tidak mungkin dilakukan tanpa menyapa juga pihak yang bikin manusia: Tuhan. Kemudian juga Iblis, “hulu” derita ummat manusia.
Iblis berkata : “Tahukan engkau, Muhammad, aku adalah asal usul dusta. Aku adalah makhluk pertama yang berdusta. Para pendusta di bumi adalah sahabatku. Dan mereka yang bersumpah kemudian mendustakan sumpah itu, mereka adalah kekasihku”.

Kurang jelaskah pemandangan wajah Indonesia sekarang ini di kalimat Iblis itu? Kurang tampakkah, sosok pemerintahan Indonesia, tradisi mental banyak pejabatnya, pengkhianatan terhadap amanat kerakyatannya, juga manipulasi kebijakan yang sangat tidak bijak — pada pernyataan Iblis itu?

Dan, pen “citra” an, apakah gerangan ia kalau bukan dusta? Siapakah yang memamerkan wajahnya, menyorong punggungnya, menyodorkan dirinya untuk menjadi pemimpin, selain sahabat dan kekasih Iblis?

Iblis tidak berjarak dengan diri kita, dengan karakter budaya, politik dan pasar sejarah kita. Malah Tuhan yang jaraknya cenderung semakin menjauh dari kita, kecuali pas kita perlukan untuk memperoleh keuntungan atau mentopengi muka.

Akan tetapi dalam kehidupan kita Iblis bukan fakta. Ia hanya simbol. Idiom. Icon. Hanya abastraksi untuk menuding “kambing hitam”. Atau Tuhan kita perlukan untuk kapitalisasi karier, bisnis pendidikan, usaha dagang sedekah dan industri zakat, kostum religi perbankan dan bermacam-macam lagi dusta liberal penyelenggaraan kapitalisme kita.
Tuhan juga makin jadi “dongeng”. Segera Ia akan masuk daftar dongeng sesudah Malaikat dan dan Iblis. Peta mitos. Khayalan tentang suatu pemahaman yang disepakati istilahnya: Iblis, Setan, Dajjal, sebagaimana abstraksi kata Bajingan, Bangsat, Dancuk, Anjing. Sebab pada makian “Anjing!” yang dimaksud bukan benar-benar anjing. Anjing adalah binatang yang baik, tidak pernah berdosa, tidak pernah berbuat jahat dan tidak ada statemen Tuhan yang menyatakan bahwa anjing masuk neraka. Bahkan dalam faham pewayangan malah Puntadewa atau Prabu Dharmakusuma yang hidupnya sangat ikhlas dan sumeleh, tidak bisa naik ke langit yang lebih tinggi sementara anjingnya melaju ke sana.
Iblis dipahami sebagai simbol, tidak sebagai fakta. Itupun wilayah berlakunya simbolisasi Iblis tidak dipetakan secara memadai. Iblis diidentifikasi sebagai “idiom” untuk menyebut segala jenis keburukan dan kejahatan manusia — dan itu tidak sepenuhnya benar. Sedangkan “arupadatu” di Borobudur pun fakta, tak hanya “rupa datu” yang tampak oleh mata, yang tergolong “Ilmu Katon”: pemahaman tentang segala sesuatu yang bisa dilihat dengan mata. Iblis sendiri tidak sepenuhnya tinggal di wilayah “arupadatu”. Ia sangat faktual di “rupadatu”, sebab ia berada pada syariat utama kehidupan manusia, yakni darah yang mengalir di dalam tubuhnya.
“Kamu Muhammad”, kata Iblis suatu hari, “tak akan bisa berbahagia dengan ummatmu, karena aku bisa memasuki darah mereka tanpa mereka bisa menemukanku”. Iblis melanjutkan, “aku minta kepada Allah agar menganugerahiku kemampuan untuk mengalir di dalam darah manusia, dan Allah menjawab Silahkan!”.
Sebentar. Yang menyuruh Iblis datang ke Muhammad adalah Tuhan sendiri. Yang disuruh itu lazimnya adalah anak buah. Dan kalau musuh tidak pada tempatnya menyuruh musuh. Allah menginstruksikan agar Iblis tidak berdusta kepada Muhammad, menjawab pertanyaan dengan jujur, serta membuka semua rahasia tugasnya dari Allah di medan kehidupan manusia.
Coba ingat kata-kata Iblis “Akulah makhluk pertama yang berdusta”. Fakta dusta Iblis yang pertama adalah ia tidak mau bersujud kepada Adam. Penolakan untuk menghormati manusia ini parallel dengan pernyataan semua Malaikat kepada Tuhan: “Kenapa Engkau ciptakan manusia, yang kerjanya merusak bumi dan menumpahkan darah”. Andai di-kalimat-kan, Iblis meneruskan: “Maka aku menolak bersujud kepada Adam”.
Kemudian Allah mengizinkan Iblis yang meminta “tangguh waktu” sampai hari Kiamat, untuk kelak membuktikan bahwa setelah menjalani sekian peradaban, manusia terbukti tidak punya kelayakan untuk dihormati atau “disembah” oleh Iblis dan para Malaikat. Dan Iblis hari ini tersenyum-senyum: tak perlu nunggu sampai Kiamat, datang saja ke Indonesia tanggal berapa bulan apa saja untuk menemukan bahwa penolakan bersujud oleh Iblis itu pada hakekatnya bukan dusta.
Jadi, siapa yang lebih kompatibel dengan neraka: kita atau Iblis? Ketika ada orang berbuat jahat, kita maki “Dasar Iblis!”, secara idiomatik makian itu tidak faktual. Ketika 70.000 anak-anak Iblis berdebat, lantas salah satu dari mereka memaki “Dasar manusia!”, itu bisa jadi itu malah benar dan jujur.
Kayaknya salah satu kesalahan manusia yang paling serius adalah memanipulasi Iblis. Padahal seluruh keburukan yang kita ludahkan itu bukan bikinan Iblis, melainkan produk keputusan kita sendiri.
“Aku tidak diberi kemampuan oleh Allah untuk menyesatkan manusia”, kata Iblis lagi kepada Muhammad, “Aku hanya membisiki dan menggoda. Kalau aku dikasih kuasa untuk menyesatkan manusia, maka tak akan tersisa satu orangpun yang menjadi pengikutmu. Sebagaimana engkau Muhammad, tak ada kemampuanmu untuk memberi hidayah kepada manusia. Engkau hanya berhak dan mampu menyampaikan, tetapi tak bisa mengubah hati manusia. Sebab kalau kau dianugerahi kesanggupan untuk memberi hidayah, tak akan ada satu orangpun yang menjadi pengikutku”.
Begitu banyak — mengacu ke Borobudur — fakta “rupadatu” pada kehidupan manusia yang mata mereka tak melihatnya. Udara yang ia hirup, suaranya sendiri, bahkan mata tidak mampu melihat mata, paling jauh ia melihat bayangannya di cermin, tapi bukan diri mata itu sendiri. Jangankan lagi dengan semakin canggihnya teknologi ultra-modern sekarang: kita bingung siaran televisi itu berasal dari “rupadatu”, diantarkan oleh “arupadatu”, ditangkap dan diekspressikan secara “rupadatu”. Belum lagi ke kerjaan frekwensi yang lain: software di komputer, lalulalang Sms, Bbm, unduh ini unggah itu. Dulu saya menyangka telegram itu dikirim kertasnya meluncur nyantol lewat kabel-kabel sepanjang jalan. Se-nyata dan se-faktual itulah Iblis dalam kehidupan kita, bahkan di dalam diri kita, bahkan ia mengalir di dalam darah kita.
Maka sebagaimana formula “casting” Iblis, orasi tokoh tua kita di atas tepatnya dipahami tidak dengan logika linier. Ia suatu lipatan, mungkin dialektika berpikir yang zigzag, mungkin spiral, mungkin siklikal. Kalimat seniman kita “Nasionalisme Indonesia harus dihajar habis sampai tingkat kematian yang memungkinkan ia lahir kembali” adalah sisipan cita-cita mulia di tengah deretan pernyataan yang seolah-olah mendorong kita ke kehancuran.
Muhammad bertanya, “Siapa temanmu?”
Iblis menjawab, “Para pemakan riba”. Sangat jelas mappingnya di Indonesia.
“Siapa tamumu?”
“Para pencuri”. Sampai-sampai diperlukan KPK, yang kita doakan segera bubar, yakni sesudah Kepolisian Kejaksaan Kehakiman bisa dipercaya untuk menangani perilaku tamu-tamu Iblis.
“Siapa utusanmu?”
“Tukang-tukang sihir”. Sihir pemikiran, cara berpikir, peta manipulasi wacana berpikir, di Sekolah, Kampus, semua media wadah pemikiran.
“Siapa teman tidurmu?”
“Para pemabuk”. Mabuk idolatri, mabuk tayangan-tayangan, mabuk artis-artisan, Ustadz-ustadzan, Gus-Gusan, Kiai-Kiaian… yang terbuat dari plastik… seperti mobil-mobilan untuk kanak-kanak di pasar Kecamatan.
Iblis juga menyindir kita: “Gosip dan adu-domba adalah hobiku”.
Ada baiknya kita undang Iblis menjadi narasumber rembug nasional, dengan syarat: “Aku mendatangi semua manusia, yang bodoh maupun pintar, yang durjana atau yang salah, yang bisa membaca atau buta huruf. Semuanya, kecuali orang ikhlas”.


Yogya 25 September 2012
Dimuat di Kolom, Majalah Gatra No. 49 XVIII 11 Oktober – 17 Oktober 2012

Melankolia- Efek Rumah Kaca

Lirik Melankolia

Tersungkur di sisa malam
Kosong dan rendah gairah 
Puisi yang romantik 
Menetes dari bibir 

Murung itu sungguh indah 
Melambatkan butir darah 

Nikmatilah saja kegundahan ini
Segala denyutnya yang merobek sepi
Kelesuan ini jangan lekas pergi
Aku menyelami sampai lelah hati

Dalam KBBI android seperti gambar, Melankolia bermakna "kelainan jiwa yang ditandai dengan depresi dan ketidakaktifan fisik."

Dalam Thesaurus Bahasa Indonesia (kamus sinonim kata), cek gambar, ada 2 kata berkaitan antara melankoli dan melankolis, bermakna seperti ini :

Bagi seseorang saat masa muda, mengalami hal ini. Kondisi yang membuat seseorang mudah murung ketika malam hingga pagi. Seperti pada lirik dibait ke satu hingga empat.

Inilah nikmat syairnya Efek Rumah Kaca. Band ini mampu mengungkapkan hal tak biasa di musik pop. Bahkan mereka membuat versi keduanya di Pandai Besi.

Menurutku musikalitas yang dibangun dengan lirik easy listening memang akan menimbulkan perspektif lain. Disisi lain ternyata, Cholil, mengungkap lirik ini ketika sang ayah meninggalkannya. Kehilangan sosok yang tiada mengganti dan beliau harus meninggalkan Cholil selamanya. 


Thursday, November 5, 2015

Matematika, Aku, Dibalik Sepakatnya.

Sejak kecil, sering kali kita diajar berhitung. Mulai mengeja angka, hingga hasil akhir angka.
Hal itu mudah diajarkan. Namun sulit meraba hal tersirat. Jika saja dulu aku terus menerus berlatih hingga paham, tentu ilmu hitung  sangat mudah.
Sewaktu SD, nilaiku jarang jelek, tentu tak bagus amat. Karena matematika yang diajarkan cuma perhitungan. Bukan mengaplikasikan angka untuk apa? Maka dewasa ini aku menemukan hal-hal yang sempat bikin nyeri di kepala.
Saat kelas 2 SMA, sekitar 2007 lalu. Pertemuanku dengan matematika makin intens. Matematika makin luas. Fungsi turunan, Determinan, Integral menjadi momok sendiri buatku. Aku sedikit menyerah matematika saat itu. Karena Guru yang mengajari hanya stuck pada angka-angka. Bukan fungsi turunan dalam aplikasi. Determinan atau integral pada bidang luas. Melulu pada angka.
Penyampaian yang belum bisa diraba nyata, membuat bosan di kelas. Akibatnya bolos saat  matematika jadi kebiasaan.
Kelas tiga SMA ketemu guru matematika yang menerangkan lebih kompleks. Fungsi angka-angka gunakan secara semestinya. Bagaimana nanti angka tersebut jadi kenyataan. Walaupun aku meraba pengaplikasianya.
Lulus SMA 2009, aku merantau ke bogor. Tak bertemu matematika. Hanya kitab kuning yang dikaji. Beruntung angka-angka tersebut tak menghantuiku. Gagal merantau di Bogor. Aku berpindah di Jakarta. Membantu tanteku.
2011, bosan di Jakarta. Keinginan kuliah terlintas. Sebelum memasuki kuliah, aku sempat kursus permesinan. Tujuanku ingin tahu mesin, yang jadi modal untuk melangkah ke perkuliahan.
Saat kuliah, ketemu kalkulus. Di teknik mesin, kalkulus sebagai dasar pengaplikasian mata kuliah lanjutan. Kalkulus lebih khusus bahas matematika. Ada beberapa materi Fungsi Turunan akhirnya diulang. Kegagalan meraba matematika saat SMA, muncul. Alhasil, nilai C kudapat.
Mata kuliah lanjutan makin bingung. Kalkulus digunakan di banyak hal. Menghitung suhu pada termodinamika, bahkan memecahkan segala persoalan mata kuliah eksakta.
Kata Sudjiwo Tedjo : "matematika adalah kemampuan menangkap pola yang semula tak berpola." Begitu ringkasnya sudjiwo tedjo menelaah matematika. Dan hal itu benar,

Saturday, October 24, 2015

Dibalik cerita Jalan Terus Sheila on 7

Lirik Jalan Terus Sheila on 7

Hidup memang tak semudah
Waktu kita muda dulu
Panas dingin tak bisa diterka
Strategi hidup bertahan
Dari seleksi Sang Alam

Hidup memang tak seindah
Waktu kita muda dulu

Umur terindah pasti kan berlalu
Strategi hidup bertahan
Dari seleksi sang alam

Panas dingin tak bisa diterka 2x
Maka/ tapi apapun yang terjadi akan ku jalani
Akan kuhadapi dengan segenap hati
Walau ku terluka memang ku terluka
Tak pernah ku lari dari semua ini

Interlude 

Belum waktunya kita berhenti
Jangan cepat puas kawan
Bekerja dan terus bekerja
Hingga saat kita tak berguna lagi

Sebelum masuk lebih dalam obrolan ini. Tentu ada yang tahu lirik diatas. Lagu yang terdaftar di list the best of very best Sheila on 7. Bercerita tentang semangat Sheila on 7 kala menjalani tur-tur. Lagu itu banyak mengisahkan muda mereka dalam band.

Sewaktu saya mulai menjadi member sheilagank. Saya pergi ke Yogyakarta menuju alamat yang diberi oleh Anton Kurniawan, Mei 2008 lalu. Alamat tersebut tertulis "Jalan Terus no 7 ....." (maaf titik itu saya tulis untuk privasi alamat eross candra).

Sempat berpikir bahwa alamat itu terinspirasi oleh sebuah lagu tersebut. Dan benar, setelah lama cari tahu, akhirnya mas helmy (vokalis Jagostu) lalu menulis di dinding blognya seperti ini :
"Kemudian sampailah pada pertanyaan eross yg buat saya sangat kaget ... 

Eross : " mas pay inget gak pernah nandatangai gitar saya ? "

Pay    : hhmmm iya kayaknya inget ( tp sy yakin kayaknya pay lupa karna kemungkinan itu sudah lama bgt hehehe,,, piss mas pay ) 

Eross : dibawah tandatangan mas may itu ada tulisan yg mas pay tulis " JALAN TERUS ..... dan JALAN TERUS itu akhirnya sy jadikan nama album the best Sheila on 7 dan sekaligus alamat rumah

Pay    : oya ?? ( pay kayaknya agak kaget,sedikit gak percaya dan kagum ) hehehe 

Eross : iya mas 

Note : tulisan yg ditulis pay di gitar eross itu ada kata2 JALAN TERUS,nanti kapan2 kalau ada waktu sy harus foto dan posting untuk tau selengkapnya hehehe" ( dari Helmy PB) -beberapa kata diedit-

Di sisi lain lagu itu memang menunjukkan MASA MUDA seseorang. Seperti yang tersirat "Hidup memang tak semudah//Waktu kita muda dulu//Panas dingin tak bisa diterka//Strategi hidup bertahan//Dari seleksi Sang Alam. Namun bagi kaum massif, seperti komunitas-komunitasnya (Sheilagank), lirik ini memang benar adanya. Orang yang bertahan di basecamp Sheilagank (komunitas Sheilagank per-kota), ialah anak-anak muda yang bertahan dari seleksi alam. Mereka merelakan waktu untuk menjaga kebersamaan komunitas.

Semoga ini benar-benar menginspirasi pembaca.

@nahar_gostu

Wednesday, October 21, 2015

Makna Dibalik "Kamar Gelap-Efek Rumah Kaca"

Lirik Kamar Gelap

yang kau jerat adalah riwayat
tidak punah jadi sejarah
yang bicara adalah cahaya
dikonstruksi dikomposisi
padam semua lampu
semua lampu

membekukan yang cair
mencairkan yang beku
jangan kabur berjamur
segala negatif menuju positif
kekal...

Pertama kali dengar lagu ini, aku mengira menceritakan kondisi sebuah kamar yang kumuh, gelap, dan tak berpenghuni.

Lambat laun, kugali lebih dalam, makna apa yang tersirat. Lalu coba masuk dalam lagi dan mengutak-atik lirik ini. Masih sama. Kamar gelap identik dengan kumuh dan tak berpenghuni.

Gagal menemukan maknanya. Coba dengar berulang kala dini hari. Karena memang waktu seperti itu, saat tepat bersunyi. Siapa tahu mendapat makna tersirat. Hasilnya sama. Kamar gelap itu kumuh, dan tak berpenghuni.

Secara tidak langsung, pada jalanan yang ramai, ketika pulang, dan playlist lagu itu kebetulan Kamar Gelap. Terlintas, nama tempat. Kamar Gelap yang menurutku kosong tak berpenghuni dan kumuh, salah besar.

Jika "yang kau jerat adalah riwayat // tidak punah jadi sejarah// yang bicara adalah cahaya// dikonstruksi dikomposisi// padam semua lampu// ternyata bercerita tentang tokoh yang di penjara. Yang kau jerat adalah riwayat merupakan sosok yang dikenal luas karena track record baik. Selanjutnya sang tokoh tak pernah mati dari sejarah apapun yang diungkapkan melalui tidak punah jadi sejarah. Yang bicara adalah cahaya punya makna cahaya bentuk penggambaran kejujuran. Jadi secara langsung efek rumah kaca ungkapkan jika seorang yang dipenjara bukan hanya karena kesalahan. Orang yang melakukan kebenaran juga di penjara karena politik. Dikonstruksi, dikomposisi sedemikian rupa supaya sang tokoh tetap di penjara.