Perusahaan tambang batu bara milik negara PT Bukit Asam
(Persero) Tbk berencana mengolah batu bara menjadi gas. Direktur Utama
Bukit Asam, Milawarrma, mengatakan gas turunan ini akan dimanfaatkan
untuk memasok kebutuhan gas PT Pupuk Sriwidjaja Palembang.
"Pabrik
pupuk butuh gas. Nanti gasnya di-generate dari batu bara, jadi
gasifikasi batu bara," kata Milawarma ketika ditemui di Pembukaan
Porseni Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral di Kantor Kementerian
Energi, Jakarta, Jumat, 31 Agustus 2012.
Milawarma
mengatakan pengolahan batu bara berkalori rendah (low rank coal) menjadi
gas akan mengoptimalkan sumber daya yang ada. Selama ini yang
dimanfaatkan kebanyakan batu bara berkalori tinggi dan menengah. "Kami
punya cadangan low rank coal hampir 60 atau 70 persen. Dengan cara ini,
batu bara berkalori rendah juga bisa menjadi sumber energi primer," kata
Milawarma.
Ia mengatakan, batu bara diolah dulu menjadi
gas baru kemudian diolah menjadi bahan kimia lainnya. Gas ini nantinya
bisa diolah menjadi berbagai produk turunan, seperti metanol dan
dimethyl ether. Dimethyl ether dapat dimanfaatkan sebagai campuran bahan
bakar gas untuk gas transportasi dan rumah tangga.
Menurut
dia, saat ini perusahaan telah menyelesaikan prastudi kelayakan
gasifikasi batu bara. Besarnya investasi yang akan dikucurkan untuk
pengolahan ini masih menunggu hasil studi kelayakan yang akan dilakukan
PT Rekayasa Industri.
Pada kesempatan terpisah, Direktur
Jenderal Minyak dan Gas, Evita Herawati Legowo, mengatakan pemerintah
mendorong pengolahan batu bara kalori rendah untuk menjadi gas dan bahan
kimia lainnya. Hal ini disebabkan batu bara berkalori rendah dihargai
murah di pasar dan tak terlalu diminati pasar.
Salah satu
produk yang sedang didorong untuk diolah adalah dimethyl ether untuk
campuran gas. Evita mengatakan dengan penggunaan DME maka impor LPG
dapat ditekan. "Ini sedang dikaji idealnya campurannya berapa banyak,"
kata Evita.
sumber