Pesisir Arktik Siberia yang sudah membeku selama puluhan ribu tahun kini
melepaskan simpanan karbon ke udara. Penyebabnya adalah meningkatnya
suhu dunia yang membuat pesisir tersebut meleleh. Demikian kesimpulan
dari penelitian yang diterbitkan Rabu (30/8).
Karbon, sumber
memanasnya Bumi, sudah terperangkap di sepanjang 7000 km pesisir timur
laut Siberia sejak Zaman Es terakhir. Namun memanasnya atmosfer serta
erosi pesisir mengoyak lapisan es dan melepaskan sekitar 40 juta ton
karbon per tahun ke udara. Angka ini lebih tinggi 10 kali lipat dari
yang sebelumnya diperkirakan, menurut penelitian di jurnal “Nature”.
Sekitar
dua pertiga karbon tersebut lepas ke atmosfer sebagai karbondioksida
dan sisanya terperangkap di sedimen lautan bagian atas.
Sekitar
setengah total jumlah karbon dunia yang terperangkap dalam tanah
tertahan di kawasan Arktik. Sementara, menurut penelitian yang dipimpin
ole peneliti di Stockholm University, kawasan ini kini sedang mengalami
penghangatan iklim dalam skala dua kali lipat lebih cepat dari rata-rata
dunia.
Awal pekan ini, ilmuwan AS sudah mengatakan bahwa es laut
di Samudra Arktik sudah meleleh sampai ke jumlah paling sedikit.
Kawasan
yang diteliti di studi “Nature”, bernama Yedoma, berukuran dua kali
Swedia namun sangat jarang diteliti karena saking sulitnya dijangkau.
Temuan
ini menyoroti lingkaran setan dari isu perubahan iklim.
Penghangatan
suhu bumi yang disebabkan oleh manusia dari pembakaran bahan bakar
fosil kemudian melepas stok karbondioksida yang sudah tersimpan di
lapisan es abadi sejak Zaman Es terakhir atau Pleistosen. Gas yang
dilepas ke udara kemudian menambah dahsyat efek pemanasan global,
sehingga menyebabkan lebih banyak karbon yang lepas ke udara, dan begitu
terus selanjutnya.
"Kolaps dan erosi pesisir Pleistosen serta
deposit dasar laut bisa mempercepat dampak menghangatnya iklim di
Arktik," penelitian tersebut mengingatkan.
Kebocoran atmosfer di
Yedoma jumlahnya sama dengan emisi tahunan lima juta mobil, dengan
rata-rata buangan karbon lima ton per tahun dari kendaraan di Amerika
Serikat.
Dalam studi terpisah yang juga muncul di Nature,
peneliti di Inggris, Belanda, dan Amerika Serikat menggunakan model
komputer untuk menghitung kemungkinan adanya 4 ton gas metana yang
tersimpan di bawah lapisan es Antartika.
Gas metana menyimpan
panas matahari 25 kali lebih banyak dari karbondioksida.
Sebelum
beku, kawasan tersebut penuh dengan sisa jasad organik yang terperangkap
dalam sedimen yang kemudian tertutup es.
Para peneliti ini
menyatakan, "Model komputer kami menunjukkan bahwa dalam jutaan tahun,
mikroba mungkin mengubah karbon menjadi gas metana," sehingga kemudian
bisa mempercepat menghangatnya iklim jika lapisan es ini mencair.
Hancurnya
lapisan es di Antartika dianggap sebagai skenario terburuk oleh para
ahli iklim. Beberapa penelitian bahkan menyebut bahwa lapisan es ini
malah semakin tebal karena adanya kenaikan hujan salju secara lokal.
sumber