musisi, adalah sosok yang selalu membuat orang mampu memberikan motivasi melalui sebuah karya besarnya. Sebagai pemusik tentu ikut memberikan kontribusi penuh terhadap bangsanya melalui proses pemilihan umum demi kepribadian sebagai warga negara yang baik.
Sangat disayangkan ketika sebagai musisi, mereka ikut mengampanyekan orang lain melalui cara yang dianggap kurang berkenan. Sangat disayangkan sekali ketika musisi ikut menyinyir, membela satu pihak namun menjudge orang lain buruk dari prespektif pribadinya. Bukankah memandang seseorang jangan hanya sebelah mata?. Bukankah dont judge cover the book (ingatkan jika saya salah pepatah itu maupun sumbernya). Saya tak pernah pintar berteori, namun saya hanya mampu belajar membaca. JAdi ingat sebuah lirik dari musisi yang saya kagumi ,"semua yang kau baca, belum tentu beri jalan keluar, jika kau percaya semua yang kau baca, berhentilah kau membaca. bacalah getar alam, dia memberi jawaban terkadang semua beda dari yang engkau harapkan. TUHAN BERBICARA LEWAT ALAM" EROSS CANDRA-LEWAT ALAM-JAGOSTU.
Ingatkah ketika seorang musisi masuk dalam dapur rekaman label. Hitam diatas putih adalah saksi perjalanan mereka. Kita tahu bahwa proses mereka ketika dalam rekaman tidak lepas dari sebuah belenggu. Persetujuan dua belah pihak yang jika di tolak akan terkena wanprestasi. Apakah seorang musisi mampu berteriak lantang " KAMI SUDAH WAKTUNYA MENGELUARKAN ALBUM, TAPI KENAPA HINGGA KINI ALBUM KAMI TAK DIJUAL DIPASAR?". Bagaimana perasaan musisi tersebut?. Apakah label memikirkan sebuah kritis musisi pada fans yang butuh kepastian tentang eksistensi seorang musisi?.
Analogi ini saya buat secara pribadi untuk para musisi yang masih berada dinaungan mayor label. Hal ini juga sama ketika proyek reklamasi ataupun proyek apapun yang sudah berada pada 'hitam diatas putih' negara ini. Kelak mau tak mau suka ataupun tidak proyek ini tetap berjalan. Karena memang inilah proses sebuah program yang diatur negara ini.
Alangkah baiknya jika musisi itu benar benar menggunakan karyanya untuk mengkritisi pihak manapun yang sudah jadi 'hukum alam' sebuah program. Jika karya itu tak mampu memberikan kontribusi penuh terhadap pihak yang dikritisi, bersabarlah. Akan ada jalan baik untuk cara terbaik. Toh pengaruhnya tidak besar.
Capres no 1 ataupun no 2 memiliki prespektif berbeda, ketika memilih salah satu pihak secara pemilu. Bukankah pemilu itu tertutup, saat kita mencoblosnya. Saya sangat senang ketika tak perlu memihak pada satu orang, dengan prespektif kita.
Ingatkah, dengan Iwan Fals yang selalu mengkritisi pemerintah tempo lalu. Saya terus terang rindu karyanya itu. Namun karyanya sekarang jauh berbeda dengan tempo lalu saat kritis pada pemerintah. Dan hasilnya ya kita tahu sendiri, arah musiknya bukan lagi kritis. Namun lebih percintaan. Lagi-lagi saya melihat kemana musisi itu berSUARA 'FALS' itu. Dan kita juga tahu, bahwa beliau bersikap 'netral' saat pemilu ini. Dan akhirnya banyak orang yang memanfaatkan 'SUARA FALS' demi kampanye. Sungguh secara pribadi saya merasa iba dengan berita-berita yang tak jelas asalnya, memanfaatkan sosok beliau.
ATAS NAMA PRIBADI
Penikmat musik. kurang paham teori politik.
0 komentar:
Post a Comment
kirim di sini