Friday, August 31, 2012

Cina, Calon Negara Kedua yang Mendarat di Bulan

Pendaratan Neil Armstrong di Bulan pada tahun 1969 menandai puncak pencapaian teknologi Amerika Serikat, sehingga orang bilang abad itu adalah abadnya Amerika. Tetapi manusia selanjutnya yang akan menginjakkan kakinya di Bulan sepertinya adalah orang Cina.

Saat Amerika Serikat memotong anggaran program ruang angkasa mereka — sebuah langkah yang dikritik mendiang Neil Armstrong — negara-negara Asia justru agresif mengembangkan penjelajahan ruang angkasa.

Cina, Jepang, dan India masing-masing memiliki program ruang angkasa. New Delhi, yang memiliki mimpi misi berawak pertama pada 2016, baru saja mengumumkan rencana meluncurkan roket ruang angkasa yang akan mengorbit planet Mars.

Jepang berpartisipasi dalam program International Space Station dan meluncurkan satelit bulan pertamanya pada 2007. Mereka merencanakan aksi lanjutan dan berharap akan menemukan “zat-zat organik atau mineral yang mengandung air” di sebuah asteroid.

Namun, para ahli mengatakan bahwa Cina, yang sejak 1980 berfokus pada pengembangan satelit, semakin dekat untuk mengirim astronot mereka ke Bulan.

Beijing meluncurkan program ruang angkasa berawak pada 1999 dan mengalami perkembangan pesat sejak saat itu. Cina mengirim astronot pertama mereka ke ruang angkasa pada 2003 dan melakukan misi berjalan di luar angkasa pada 2008.

Tahun ini, Beijing berhasil merapat pada modul ruang angkasa berawak — langkah terbaru untuk membuat stasiun ruang angkasa — dalam misi yang menyertakan wanita pertama di ruang angkasa.

Dalam laporan terakhirnya tentang ruang angkasa, Cina mengatakan akan berupaya mendaratkan manusia di Bulan, meski tidak menjelaskan kapan waktu pastinya.

Cina akan berusaha untuk mendaratkan sebuah wahana penjelajah di Bulan untuk pertama kalinya saat paruh tahun kedua 2013 dan mentransmisikan pengamatan permukaan bulan.

“Tidak ada orang yang tahu astronot dari negara mana yang akan mendarat di Bulan selanjutnya. Namun, saya memperkirakan Cina memiliki kesempatan bagus untuk itu,” menurut Morris Jones, pakar ruang angkasa asal Australia.

“Program ruang angkasa Cina berkembang dengan baik dan stabil. Jika mereka terus melanjutkannya pada kecepatan ini, mereka akan bisa mencapai bulan sekitar 2030.”

Program ruang angkasa Cina tetap berada jauh di belakang Amerika Serikat. Ini dibuktikan dengan fakta manual perapatan ruang angkasa yang dilakukan Beijing baru-baru ini sudah dikuasai Amerika Serikat sejak 1960-an.

Presiden AS Barack Obama pada 2010 mengumumkan akan meniadakan anggaran program ruang angkasa Constellation, yang berarti mengandaskan program eksplorasi Bulan.

Namun, Amerika Serikat sedang mengembangkan sebuah roket baru, dan bulan ini mendaratkan sebuah penjelajah di planet Mars untuk menjalankan misi dua tahun di Planet Merah itu untuk mengeksplorasi tanda-tanda kehidupan.

Beijing telah menghabiskan sekitar $ 6,1 miliar (sekitar Rp 58,2 triliun) untuk program ruang angkasa berawak sejak program tersebut dimulai 20 tahun yang lalu, seperti dilaporkan media pemerintah.

Beijing melihat program itu sebagai sebuah simbol perkembangan negaranya, bertambahnya kemampuan teknis, dan keberhasilan Partai Komunis mengubah negara yang dulunya miskin itu.

Namun, para ahli mengatakan kebanggaan nasional hanya salah satu faktor yang memotivasi program ruang angkasa Cina yang ambisius.

“Perjalanan ke Bulan selalu melibatkan gengsi, tapi juga pengetahuan,” tutur Jones. “Sebuah tren baru bisa melibatkan menambang Bulan untuk bahan bakar nuklir. Cina tidak merahasiakan ketertarikan mereka untuk kemungkinan ini.”
sumber