Pendaratan Neil Armstrong di Bulan pada tahun 1969 menandai puncak
pencapaian teknologi Amerika Serikat, sehingga orang bilang abad itu
adalah abadnya Amerika. Tetapi manusia selanjutnya yang akan
menginjakkan kakinya di Bulan sepertinya adalah orang Cina.
Saat
Amerika Serikat memotong anggaran program ruang angkasa mereka — sebuah
langkah yang dikritik mendiang Neil Armstrong — negara-negara Asia
justru agresif mengembangkan penjelajahan ruang angkasa.
Cina,
Jepang, dan India masing-masing memiliki program ruang angkasa. New
Delhi, yang memiliki mimpi misi berawak pertama pada 2016, baru saja
mengumumkan rencana meluncurkan roket ruang angkasa yang akan mengorbit
planet Mars.
Jepang berpartisipasi dalam program International
Space Station dan meluncurkan satelit bulan pertamanya pada 2007. Mereka
merencanakan aksi lanjutan dan berharap akan menemukan “zat-zat organik
atau mineral yang mengandung air” di sebuah asteroid.
Namun,
para ahli mengatakan bahwa Cina, yang sejak 1980 berfokus pada
pengembangan satelit, semakin dekat untuk mengirim astronot mereka ke
Bulan.
Beijing meluncurkan program ruang angkasa berawak pada
1999 dan mengalami perkembangan pesat sejak saat itu. Cina mengirim
astronot pertama mereka ke ruang angkasa pada 2003 dan melakukan misi
berjalan di luar angkasa pada 2008.
Tahun ini, Beijing berhasil
merapat pada modul ruang angkasa berawak — langkah terbaru untuk membuat
stasiun ruang angkasa — dalam misi yang menyertakan wanita pertama di
ruang angkasa.
Dalam laporan terakhirnya tentang ruang angkasa,
Cina mengatakan akan berupaya mendaratkan manusia di Bulan, meski tidak
menjelaskan kapan waktu pastinya.
Cina akan berusaha untuk
mendaratkan sebuah wahana penjelajah di Bulan untuk pertama kalinya saat
paruh tahun kedua 2013 dan mentransmisikan pengamatan permukaan bulan.
“Tidak
ada orang yang tahu astronot dari negara mana yang akan mendarat di
Bulan selanjutnya. Namun, saya memperkirakan Cina memiliki kesempatan
bagus untuk itu,” menurut Morris Jones, pakar ruang angkasa asal
Australia.
“Program ruang angkasa Cina berkembang dengan baik dan
stabil. Jika mereka terus melanjutkannya pada kecepatan ini, mereka
akan bisa mencapai bulan sekitar 2030.”
Program ruang angkasa
Cina tetap berada jauh di belakang Amerika Serikat. Ini dibuktikan
dengan fakta manual perapatan ruang angkasa yang dilakukan Beijing
baru-baru ini sudah dikuasai Amerika Serikat sejak 1960-an.
Presiden
AS Barack Obama pada 2010 mengumumkan akan meniadakan anggaran program
ruang angkasa Constellation, yang berarti mengandaskan program
eksplorasi Bulan.
Namun, Amerika Serikat sedang mengembangkan
sebuah roket baru, dan bulan ini mendaratkan sebuah penjelajah di planet
Mars untuk menjalankan misi dua tahun di Planet Merah itu untuk
mengeksplorasi tanda-tanda kehidupan.
Beijing telah menghabiskan
sekitar $ 6,1 miliar (sekitar Rp 58,2 triliun) untuk program ruang
angkasa berawak sejak program tersebut dimulai 20 tahun yang lalu,
seperti dilaporkan media pemerintah.
Beijing melihat program itu
sebagai sebuah simbol perkembangan negaranya, bertambahnya kemampuan
teknis, dan keberhasilan Partai Komunis mengubah negara yang dulunya
miskin itu.
Namun, para ahli mengatakan kebanggaan nasional hanya
salah satu faktor yang memotivasi program ruang angkasa Cina yang
ambisius.
“Perjalanan ke Bulan selalu melibatkan gengsi, tapi
juga pengetahuan,” tutur Jones. “Sebuah tren baru bisa melibatkan
menambang Bulan untuk bahan bakar nuklir. Cina tidak merahasiakan
ketertarikan mereka untuk kemungkinan ini.”
sumber
Friday, August 31, 2012
Home »
» Cina, Calon Negara Kedua yang Mendarat di Bulan