Thursday, August 30, 2012

LIPI: 'Jurnal Inul' Adalah Bentuk Pelecehan

Wakil Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Endang Sukara menilai kasus jurnal ilmiah dengan nama penulis Nono Lee, Inul Daratista, dan Agnes Monica merupakan bentuk plagiarisme sekaligus pelecehan terhadap para peneliti.
Ia mengatakan modus pelecehan terhadap ilmuwan bisa bermacam-macam bentuknya. Modus yang perlu diwaspadai adalah undangan dari penyelenggara kegiatan seminar di luar negeri.
"Panitia penyelenggara menawarkan hibah pendanaan mengikuti seminar tersebut dengan cara diganti jika hadir pada seminar yang dimaksud," kata Endang, Rabu, 29 Agustus 2012. Namun, ternyata seminarnya bohong, hotel yang disediakan juga tidak ada.
Nama Inul dan Agnes muncul dalam artikel berjudul "Mapping Indonesian Paddy Fields Using Multiple-Temporal Satellite Imagery" yang dimuat di jurnal African Journal of Agricultural Research, volume 7, nomor 28, halaman 4.038-4.044, terbit 24 Juli 2012. Di artikel itu, nama Agnes dan Inul ditulis sebagai penulis kedua dan ketiga, mendampingi Nono Lee sebagai penulis pertama.
Nama Nono Lee sebelumnya berduet dengan peneliti siluman bernama Pejabat Palsu. Nama keduanya tercantum dalam artikel berjudul "Mapping Indonesian Rice Areas Using Multiple-Temporal Satellite Imagery" yang dimuat dalam jurnal Scholarly Journal of Agricultural Science, volume 2, nomor 6, halaman 119-125, terbit Juni 2012.
Tidak jelas siapa Nono Lee ini, apakah dia memang benar seorang peneliti bidang pertanian atau bukan. Yang jelas, Endang memastikan kedua artikel ilmiah tersebut hasil jiplakan.
Hal itu dibuktikan dari penelusuran Kepala Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI Sri Hartinah dan timnya, yang menemukan bahwa artikel yang ditulis oleh Nono Lee bersama Inul dan Agnes ternyata diambil dari tulisan Arika Brdhikitta dan Thomas J. Overcamp, dengan judul "Estimation of Southeast Asian Rice Paddy Areas with Different Ecosystem from Moderate-Resolution Satellite Imagery", yang dipadukan dengan tulisan Abdul Karim Makarim dari Central Research Institute for Food Crops yang beralamat di Jalan Merdeka 147, Bogor, dengan judul "Bridging the Rice Yield Gap in Indonesia".
Melihat kenyataan ini, Endang mengimbau para peneliti dan ilmuwan di Tanah Air meningkatkan kewaspadaan. Jangan terjebak atas tawaran untuk mengirimkan naskah karya tulis ilmiah ke suatu jurnal. Jangan pula mudah terbujuk membantu sebagai editor atau dewan editor jurnal ilmiah.
Namun meningkatkan kewaspadaan saja masih belum cukup. Endang mengingatkan pula para peneliti dan ilmuwan supaya menjaga kredibilitas dengan berpegang teguh pada etika peneliti dan penelitian. LIPI sendiri telah memagari para penelitinya dengan menerbitkan Pedoman Etika Penelitian dan membentuk Komisi Etika Peneliti.
Upaya serupa dapat dilakukan lembaga penelitian lain dan perguruan tinggi. "Sudah waktunya juga para peneliti dan ilmuwan di Indonesia mengisi jurnal yang kita miliki," kata Endang. Dengan tulisan yang baik dan terpercaya, diharapkan jurnal ilmiah di Indonesia mampu sejajar dengan jurnal terpercaya lainnya.
sumber