I. PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Chandra (1990) dalam Soekarman dan Riswan (1992) menyebutkan bahwa etnobotani berasal dari dua kata, yaitu etnos (berasal dai bahasa Yunani) yang berarti bangsa dan botani yang berarti tumbuh-tumbuhan.
Indonesia memiliki budaya pengobatan tradisional termasuk penggunaan tumbuhan obat sejak dulu dan dilestarikan secara turun-temurun. Dalam pemanfaatan tanaman obat ini setiap daerah memiliki cara yang berbeda-beda sebagaimana yang dikemukakan oleh Rifai (1998), kelompok etnik tradisional di Indonesia mempunyai ciri-ciri dan jati diri budaya yang sudah jelas terdefinisi, sehingga diduga kemungkinan besar persepsi dan konsepsi masyarakat terhadap sumberdaya nabati di lingkungannya berbeda, termasuk dalam pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional.
Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sistem budaya masyarakat yang potensi manfaatnya sangat besar dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
Sebagai langkah awal yang sangat membantu untuk mengetahui suatu tumbuhan berkhasiat obat adalah dari pengetahuan masyarakat tradisional secara turun temurun (Dharma, 2001).
1.2 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemanfaatan jenis tumbuhan obat di ...............................................................................................................................
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pemanfaatan jenis tumbuhan obat di desa ....................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etnobotani
Chandra (1990) diacu dalam Soekarman dan Riswan (1992) menyebutkan bahwa etnobotani berasal dari dua kata, yaitu etnos(berasal dai bahasa Yunani) yang berarti bangsa dan botani yang berarti tumbuh-tumbuhan.
Menurut Soekarman dan Riswan (1992) istilah etnobotani sebenarnya sudah lama dikenal, etnobotani sebagai ilmu mempelajari pemanfaatan tumbuhan secara tradisional oleh suku-suku terkecil, saat ini menjadi perhatian banyak pakar karena keberadaanya dan statusnya. Rifai dan Waluyo (1992) mengemukakan bahwa etnobotani adalah mendalami hubungan budaya manusia dengan alam nabati sekitarnya. Dalam hal ini diutamakan pada persepsi dan konsepsi budaya kelompok masyarakat dalam mengatur sistem pengetahuan tentang tumbuhan yang dimanfaatkan di dalam masyarakat tersebut.
Status etnobotani sebagai ilmu tidak mengalami masalah, akan tetapi status obyek penelitiannya sangat rawan karena cepatnya laju erosi sumber daya alam, terutama flora dan pengetahuan tradisional pemanfaatan tumbuhan dari suku bangsa tertentu. Untuk menunjang hal tersebut diperlukan pendokumentasian berupa dokumen tertulis, foto, majalah, film, atau dilakukan dengan pengumpulan spesimen (Soekarman & Riswan 1992).
2.2 Keanekaragaman Sumberdaya Alam Hayati Indonesia
Sumberdaya hayati Indonesia yang begitu besar baik yang berupa tumbuhan, hewan, maupun jasad renik sangat beranekaragam. Menurut Soekarman dan Riswan (1992), Indonesia diperkirakan dihuni oleh kurang lebih 100-150 suku tumbuhan meliputi 25-30 ribu jenis tumbuh-tumbuhan yang ada di hutan-hutan.
2.3 Sistem Pengetahuan Tradisional
Pengetahuan merupakan kapasitas manusia untuk memahami dan menginterpretasikan baik hasil pengamatan maupun pengalaman, sehingga bisa digunakan untuk meramalkan ataupun sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan (Kartikawati 2004). Menurut Soekarman dan Riswan (1992), pengetahuan tradisional adalah pengetahuan yangdimiliki oleh masyarakat lokal secara turun-temurun.
Pusat dari pengetahuan tradisional mengenai pemanfaatan tumbuhan ini umumnya dijumpai di negara-negara berkembang, yang umumnya terletak pada kawasan tropika baik di Amerika, Afrika, dan Asia. Di negara-negara ini pula terdapat suku bangsa yang merupakan sumber dari pengetahuan tradisional serta sumber daya hayati yang meliputi tumbuhan, hewan dan jasad renik. Pada masyarakat lokal, sistem pengetahuan tentang tumbuhan merupakan pengetahuan dasar yang amat penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup mereka.
2.4 Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Indonesia memiliki hutan yang sangat luas, tercatat 143.970.000 hektar luasan hutan tersebar di seluruh pulau. Tidak heran jika hutan yang sangat luas 5 itu, memiliki keanekaragaman tumbuhan yang sangat tinggi (Sastrapradja et al.1992). Dalam perkembangan hidupnya, manusia mengenal betul keadaan sekelilingnya dan memperhatikan segalasesuatu yang bias dipakai untuk mempertahankan hidupnya. Salah satu benda hidup yang berada di sekitar manusia adalah tumbuh-tumbuhan. Manusia benar-benar memperhatikan tumbuh-tumbuhan karena merupakan salah satu benda yang sangat penting dalam menjaga kelangsungan hidupnya, yaitu sebagai sumber makanan pokok (Kartiwa & Martowikrido 1992).
Menurut Purwanto dan Walujo (1992), tumbuhan berguna dikelompokkan berdasarkan pemanfaatannya antara lain tumbuhan sebagai bahan pangan, sandang, bangunan, obat-obatan, kosmetik, alat rumah tangga dan pertanian, tali-temali, anyaman, pelengkap upacara adat dan kegiatan sosial, minuman dan kesenian.
2.5 Tumbuhan obat
Menurut Zuhud et al.(1994), tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat yang diketahui dan dipercaya mempunyai khasiat obat, yang
dikelompokkan menjadi 3 kelompok tumbuhan obat, yaitu: (1) Tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan obat tradisional; (2) Tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengadung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis; dan (3) Tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah atau penggunannya sebagai bahan obat tradisional.
Keuntungan obat tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan sendiri, murah dan dapat diramu sendiri di rumah (Zein 2005). Bagi masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di pedesaan (di sekitar hutan), maka pemanfaatan tumbuhan sebagai obat untuk kepentingan kesehatannya 6 bukanlah merupakan hal yang baru tetapi sudah berlangsung cukup lama (Uji et al. 1992).
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Desa ................................................ Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 minggu
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis menulis, kuesioner, kamera, tali, gunting, kantung plastik, label gantung, pisau/cutter, kertas koran, sasak, alkohol 70%,
1.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah wawancara, pengisian kuisioner dan observasi tentang tumbuhan obat. Selanjutnya data pemanfaatan tumbuhan obat akan dianalisis secara tabelaris deskriptif.
DAFTAR PUSTAKA
Darnaedi SY. (1998). Sentuhan Etnosains dalam Etnobotani: Kebijakan Masyarakat Lokal dalam Mengelola dan Memanfaatkan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani III.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI.Perpustakaan Nasional RI. Bogor. Hal: 53-55.
Dharma, A. 2001.Uji Bioaktifitas Metabolit Sekunder. Makalah Workshop Peningkatan Sumber Daya Alam Hayati dan Rekayasa Bioteknologi. FMIPA UNAND, Padang.
Kartikawati SM. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan oleh Masyarakat Dayak Meratus di Kawasan Hutan Pegunungan Gunung Meratus, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Rifai, M.A. 1998. Pemasakinian Etnobotani Indonesia : Suatu Keharusan demi Peningkatan Upaya Pemanfaatan, Pengembangan dan Penguasaannya. Prosiding Seminar Nasional Etnobotani III ( 5-6 Mei 1998, Denpasar-Bali) : 352-356.
Rifai AM, Waluyo EB. 1992. Etnobotani dan Pengembangan Tetumbuhan Pewarna Indonesia: Ulasan Suatu Pengamatan di Madura. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: DepartemenPendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Hal: 119-126.
Sastrapradja O, Sutisna, Kalima T. 1992. Keanekaragaman pemanfaatan jenis-jenis pohon dipterocarpaceae oleh penduduk asli Indonesia. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: DepartemenPendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI.Hal: 344-357
Soekarman, Riswan S. 1992. Status Pengetahuan Etnobotani di Indonesia. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI.Hal: 1-7.