Propellerads

Thursday, February 4, 2016

Resensi "Yuna dan Juna"

Bingung ingin memulai dari mana ketika sebuah buku harus diceritakan ulang melalui blog. Sebenarnya bukan keahlian saya untuk menulis ulang apa yang saya baca. Biasanya saya sering menceritakan pengalaman pribadi dalam blog ini. Terlebih novel romance.

Buku "Yuna dan Juna" yang ditulis oleh Yundra Karina. Diterbitkan oleh Pataba press, yang merupakan perpustakaan nirlaba dari Toer bersaudara : Pramoedya Ananta Toer, Koesalah Soebagyo Toer, dan Susilo Toer. Pataba sendiri merupakan akronim dari Pramoedya Ananta Toer Anak Semua Bangsa. "Yuna dan Juna" diterbitkan pada Januari, dengan ISBN 9786027389304 yang berukuran 12,5 cm x 17,5 cm berhalaman xiv + 182. Seharga Rp. 30.000.
"Yuna dan Juna" bercerita tentang romance. Diawali dengan prolog yang manis dengan puisi dari penulis membawa pembaca hanyut untuk membaca halaman selanjutnya.

Dua sahabat, "Yuna dan Juna" berteman sejak kecil. Mereka menikmati masa mahasiswa menuju tingkat akhir yang menarik. Kekonyolan Juna saat yang sering berkunjung ke indekos Yuna dengan membawakan balon, mengendarai Vespa Kuning kesukaan Juna, menjadi daya tarik yang mampu mengingatkan kenangan masing masing pembaca. Yuna yang penakut, cengeng, dan mellow ini menaruh harapan hati pada Juna. Tiap hari Juna mengunjungi Yuna untuk sekedar melewatkan hari²nya. Bentuk perhatian Juna ini menjadi saat saat membahagiakan bagi Yuna. Hingga tak sadar mereka saling mencintai satu sama lain.

Sayangnya Juna lebih senang bercerita tentang Dea, gebetan Juna untuk menutup cintanya pada Yuna. Berulang kali Juna meminta saran Yuna tentang Dea. 


"Yuna dan Juna" memilih untuk diam mengungkap perasaan masing². Mereka saling dekat tapi tak punya hasrat untuk menjalin hubungan kecuali bersahabat. Yuna merasa dihibur dengan kedatangan Mizwar. Namun kedekatan Yuna dengan Mizwar seolah angin lalu.

Jika dikritik buku ini. Saya mungkin juga perlu berbicara langsung pada penulisnya untuk menggali lebih dalam karya ini. Itupun jika saya bertemu langsung dengannya. 

Saya memaklumi jika ada beberapa kata yang kurang ataupun salah huruf. Seperti 'mengucak' yang seharusnya mengacak di halaman 17, Satnya yang seharusnya Saatnya di halaman 29, Prof esor yang seharusnya Profesor di halaman 81, Spongesbob yang seharusnya Spongebob di halaman 102, are yang seharusnya area di halaman 143, padaaku yang seharusnya padaku di halaman 150, biaskan yang seharusnya biasakan di halaman 159. Dan mungkin beberapa kata yang luput dari bacaan saya. 
Penulisan buku ini sudah begitu sempurna jika font yang tertulis Times New Roman, 12. Karena pembaca harus membuka sedikit lebar mata untuk.membaca.

Untuk urusan percintaan novel ini masih menggunakan kata-kata klise. Seperti : 'Aku ingin selalu ada buat kamu, Na. Aku akan berusaha membuatmu jatuh cinta padaku." Kata-kata ini memang sulit dilepaskan bagi orang yang kasmaran. Tetapi kalimat ini kadang membunuh ide penulis ketika lemah diksi. Lima kali saya menemui "menyilangkan tanda kening" yang bermaksud janji tak boleh diingkari. Dan hampir sepuluh kali saya menemukan "kupencet hidung" sebagai Kegemasan antara Yuna dan Juna.

Cerita ini sangat natural antara Yuna dan Juna. Jika saja Mizwar dan Dea tak masuk sebagai bumbu pemanis. Saya rasa beberapa tokoh seharusnya lebih dalam diceritakan. Bagaimana ending ini dibangun agar tak menggantung. Hubungan Juna dan Dea bagaimana?, Mizwar dengan Yuna berlanjut sampai mana?. Semoga ini sebagai masukan ide untuk novel kedua yang dijanjikan di kata pengantar dari Gunawan Budi Susanto.

Sekian resensi yang saya tulis. Mungkin ini juga jadi catatan untuk saya pribadi. Jika nanti saya bisa menulis buku. Semoga buku ini makin banyak peminatnya. Maaf jika seperti ini yang saya tulis. Terima kasih juga telah membaca resensiku ini. Salam. 


@nahar_gostu


http://mrgostuquwh.blogspot.com/2016/02/resensi-dan-juna.html

1 komentar:

Cerita Biru Muda said...

Terima kasih atas tulisan dan masukannya, Mas.
terima kasih sudah memberi detail kritik dalam penulisan.
semoga bisa memperbaiki karya saya ke depannya. dan tentunya! saya tunggu karya Mas Nahar :)