Propellerads

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Showing posts with label Konservasi. Show all posts
Showing posts with label Konservasi. Show all posts

Thursday, September 29, 2016

Pengertian Reklamasi Hutan

Selain pengertian reklamasi wilayah pesisir pantai, dalam lingkup kehutanan juga terdapat istilah reklamasi hutan yang terdapat pada Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P. 4/MENHUT-II/2011 Tentang Pedoman Reklamasi Hutan.
Pengertian reklamasi hutan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P. 4/MENHUT-II/2011 Tentang Pedoman Reklamasi Hutan :
Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai peruntukannya.

Jadi selain reklamasi pantai, hutan juga perlu dilakukan reklamasi untuk memperbaiki degradasi dan deforestasi (kerusakan hutan) yang terjadi secara alami maupun akibat campur tangan manusia.
Kegiatan reklamasi hutan meliputi :
a.    inventarisasi lokasi
b.    penetapan lokasi
c.     perencanaan
d.    pelaksanaan
e.    kelembagaan
f.      pemantauan dan pembinaan teknis dan
g.    mekanisme pelaporan pelaksanaan reklamasi hutan
Inventarisasi lokasi merupakan kegiatan pengumpulan data dan informasi tentang kondisi seluruh areal kawasan hutan yang akan terganggu dan/atau terganggu sebagai akibat penggunaan kawasan hutan. Setelah dilakukan inventarisasi di beberapa lokasi maka selanjutnya ditentukan lokasi atau penetapan lokasi. Penetapan lokasi merupakan kegiatan pemilihan dan penunjukan kawasan hutan yang terganggu sebagai akibat penggunaan kawasan hutan yang siap untuk direklamasi dan selanjutnya masuk ketahap perencanaan, pelaksaan kegiatan reklamasi hutan, kelembagaan terkait instansi pelaksana dan sumber daya manusia yang akan melakukan reklamasi di kawasan hutan.

Pengertian Reklamasi Wilayah Pesisir Pantai

Pengertian Reklamasi Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2012 Tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil :
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase.

Pengertian Reklamasi Wilayah Pesisir Pantai
Pengurungan
Pengurugan adalah kegiatan penimbunan tanah dan/atau batuan di atas permukaan tanah dan/atau batuan
Pengeringan Lahan
Pengeringan lahan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengubah perairan dan/atau daratan menjadi lahan kering dengan cara pemompaan dan/atau dengan drainase.
Drainase
Drainase adalah metode pengaliran air permukaan atau air tanah agar perairan berubah menjadi lahan.
Pada peraturan di atas dikecualikan bagi reklamasi di :
a.    Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul serta di wilayah perairan terminal khusus;
b.    lokasi pertambangan, minyak, gas bumi, dan panas bumi; dan
c.     kawasan hutan dalam rangka pemulihan dan/atau perbaikan hutan dan
d.    Reklamasi pada kawasan konservasi dan alur laut.
Alur laut atau Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) adalah areal yang ditetapkan sebagai alur untuk pelaksanaan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan berdasarkan konvensi hukum laut internasional. Alur ini merupakan alur untuk pelayaran dan penerbangan yang dapat dimanfaatkan oleh kapal atau pesawat udara.
Dalam pelaksanaan reklamasi wilayah pesisir wajib menjaga dan memperhatikan keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat dan keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan kepentingan pelestarian fungsi lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil.
Segala bentuk kegiatan yang berhubungan langsung dengan alam atau lingkungan pasti memiliki dampak positif dan negatif yang dapat dirasakan oleh masyarakat, khususnya pada masyarakat sekitar
Dampak Positif Reklamasi Wilayah Pesisir :
Terdapat tambahan daratan sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan oleh masyarakat dan pemerintah setempat terkait dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) seperti pembuatan taman kota sebagai tempat rekreasi.
Dampak Negatif Reklamasi Wilayah Pesisir :
1.    Hilangnya lingkungan hidup hewan dan tumbuhan laut sehingga terjadi gangguan ekosistem sekitar lokasi reklamasi
2.    Pencemaran laut akibat dari kegiatan reklamasi

Lanjut baca : Pengertian Reklamasi Hutan

Wednesday, September 14, 2016

Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan Terhadap Alam

Terhadap Tanah
Dampak kebakaran hutan dan lahan terhadap alam dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada sifat fisik dan kimia tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur tanah akan mengalami kerusakan karena kebakaran hutan. Terjadinya kebakaran hutan akan menghilangkan vegetasi di atas tanah, sehingga apabila terjadi hujan, maka hujan akan langsung mengenai permukaan atas tanah, sehingga mendapat energi pukulan air hujan lebih besar, karena tidak lagi tertahan oleh vegetasi penutup tanah. Kondisi ini akan menyebabkan rusaknya struktur tanah (Purbowaseso, 2004).
Menurut Pyne et al. (1996), dampak kebakaran hutan terhadap tanah sangat bervariasi tergantung pada kandungan dari bahan bakar, jenis tanah dan tipe kebakaran terutama dari frekuensi kebakaran, intensitas kebakaran dan waktu terjadinya kebakaran. Hal ini akan berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Adapun terhadap sifat fisik yang ditimbulkan yaitu diantaranya kenaikan suhu tanah, perubahan pada struktur tanah dan terhambatnya proses tanah dalam menyerap dan menampung air yang masuk kedalam tanah.

Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Alam
Kerusakan ini terjadi tergantung pada bagaimana lapisan atas tanah rusak terbakar. Lapisan tanah yang terbuka akan mengalami pemanasan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan lapisan yang sama sekali tidak terbuka. Rusaknya struktur tanah juga akan menyebabkan massa tanah dan bahan organik yang tergandung di dalamnya terbawa oleh limpasan aliran permukaan atau dengan kata lain akan munculnya erosi pada musim penghujan.
Seperti diketahui bahwa erosi akan menyebabkan tanah menjadi kritis, akibat terkikisnya secara terus menerus lapisan tanah atas. Penelitian di Kalimantan Timur yaitu di Taman Nasional Kutai tahun 1982-1983 menunjukkan kecepatan erosi meningkat sepuluh kali lipat dibanding dengan hutan primer yang tidak terbakar. Oleh karena itu, pada saat hujan lebat meningkatkan sedimen pada Sungai Mahakam. Hal ini tampak dengan air sungai yang keruh oleh adanya kandungan sedimen. Namun, kebakaran hutan yang mempengaruhi sifat fisik tanah ini hingga sedang kurang memberikan dampak terhadap menurunnya sifat fisik tanah (Purbowaseso, 2004).
Secara umum kebakaran hutan  juga akan menurunkan kualitas lingkungan tanah karena hilangnya mikroorganisme tanah. Hilangnya mikroorganisme tanah menyebabkan terhambatnya proses dekomposisi serasah, sehingga akan terjadi akumulasi serasah. Serasah yang tidak mengalami proses dekomposisi akan menyebabkan lambatnya proses pembentukan tanah. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap proses suksesi vegetasi yang ada di atasnya (Purbowaseso, 2004).
Terhadap flora dan fauna
Kebakaran hutan akan memusnahkan sebagian spesies dan merusak kesimbangan alam sehingga spesies-spesies yang berpotensi menjadi hama tidak terkontrol. Selain itu, terbakarnya hutan akan membuat Hilangnya sejumlah spesies; selain membakar aneka flora, kebakaran hutan juga mengancam kelangsungan hidup sejumlah binatang. Berbagai spesies endemik (tumbuhan maupun hewan) terancam punah akibat kebakaran hutan. Selain itu, kebakaran hutan dapat mengakibatkan terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran, terjebak asap atau rusaknya habitat. Kebakaran juga dapat menyebabkan banyak spesies endemik/khas di suatu daerah turut punah sebelum sempat dikenali/diteliti.
Beberapa dampak kebakaran tehadap hewan dam tumbuhan antara lain sebagai berikut:
Bangsa Binatang
Kebakaran hutan akan mengakibatkan banyak binatang yang akan kehilangan tempat tinggal yang digunakan untuk berlindung serta tempat untuk mencari makan. Dengan demikian, hewan yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan baru setelah terjadinya kebakaran tersebut akan mengalami penurunan jumlah bahkan dapat mengalami kepunahan.
Contoh dampak kebakaran hutan bagi beberapa hewan antara lain sebagai berikut:
Geobin : seluruh daur hidupnya di dalam tubuh tanah (Ciliophora, Rhizopoda & Mastigophora, dll)
Geofil : sebagian daur hidupnya di dalam tubuh tanah (serangga)
Bangsa Tumbuhan
Dampak buruk kebakaran hutan dan lahan sangat banyak. Kerusakan dapat berkisar dari gangguan luka-luka bakar pada pangkal batang pohon/tanaman sampai hancurnya pepohonan secara keseluruhan berikut vegetasi lainnya.
Dengan hancurnya vegetasi, yang paling dikhawatirkan adalah hilangnya plasma nutfah (sumber daya genetik pembawa sifat keturunan) seiring dengan hancurnya vegetasi tersebut. Selain itu kebakaran dapat melemahkan daya tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Batang pohon yang menderita luka bakar meskipun tidak mati, seringkali pada akhirnya terkena serangan penyakit/pembusukan atau menjadi merana (Sagala, 1994).
Kehidupan tumbuhan berhubungan erat dengan hutan yang merupakan tempat hidupnya. Kebakaran hutan dapat mengakibatkan berkurangnya vegetasi tertentu.
Contoh dampak kebakaran hutan terhadap tumbuhan adalah sebagai berikut:
Tumbuhan tingkat tinggi (akar pohon, semak atau rumput)
Tumbuhan tingkat rendah (bakteri, cendawan dan Ganggang)
Terjadinya kebakaran hutan akan menghilangkan vegetasi di atas tanah, sehingga apabila terjadi hujan maka hujan akan langsung mengenai permukaan atas tanah, sehingga mendapatkan energi pukulan hujan lebih besar, karena tidak lagi tertahan oleh vegetasi penutup tanah. Kondisi ini akan menyebabkan rusaknya struktur tanah.
Proses Ekologi
Efek Rumah Kaca dan Pemanasan Global
Dalam sinar matahari tersimpan energi. Pada waktu sinar matahari mengenai permukaan tanah, permukaan tanah itu semakin panas. Energi sinar matahari itu sebagian telah berubah menjadi panas. Panas itu dipancarkan kembali ke atmosfer sebagai gelombang panas, yaitu sinar infra merah. Di dalam atmosfer terdapat berjenis molekul gas yang dapat menyerap gelombang infra-merah. Karena pemyerapan suhu panas itu suhu atmosfer bumi naik. Keadaan itu disebut Efek Rumah Kaca (ERK). Gas-gas dalam atmosfer yang menyerap gelombang panas disebut Gas Rumah Kaca (GRK). Jadi ERK tidak disebabkan oleh adanya gedung-gedung tinggi yang dindingnya terdiri dari jendela-jendela kaca, melainkan oleh GRK dalam atmosfer yang meyerap gelombang panas.
Istilah ini berasal dari pengalaman para petani di daerah iklim sedang menanam sayuran itu dari suhu dingin. Pada waktu siang hari dan cuaca cerah suhu di dalam rumah kaca itu lebih tinggi daripada di luar rumah kaca walaupun alat pemanas di dalam rumah kaca dimatikan. Kenaikan suhu itu disebabkan oleh tertahannya gelombang panas oleh kaca rumah kaca sehingga tidak dapat lepas ke udara. ERK berguna bagi mahluk hidup di bumi. Seandainya tidak ada GRK maka tidak ada ERK, suhu di bumi hanya rata-rata 18 derajat celsius. Suhu ini terlalu rendah bagi sebagian besar mahluk hidup, termasuk manusia.Tetapi dengan adanya ERK suhu rata-rata di bumi menjadi 33 derajat celcius. Suhu ini sesuai bagi kehidupan manusia. 
GRK terpenting ialah CO2 yang berasal dari pernafasan serta pembusukan dan pembakaran bahan organik. CO2 bersama dengan air merupakan bahan baku untuk fotosintesis. Hasil fotosintesis digunakan tumbuhan untuk menyusun tubuhnya. Tubuh tumbuhan, baik yang hidup maupun yang mati yang jatuh ke tanah disebut biomassa. Biomassa ini sebagian besar terdiri atas karbon (C).Biomassa yang mati sebagian tidak mengalami pembusukan.
Di daerah rawa biomassa berubah menjadi gambut.Sebagian lagi mengalami proses fosilisasi dan menjadi batu bara, minyak bumi dan gas alam. Dalam waktu ratusan tahun jumlah karbon yang terikat dalam biomassa hidup, biomassa yang mati dan biomassa yang mengalami fosilisasi mencapai jumlah yang sangat besar. Biomassa itu merupakan tempat penyimpanan karbon dan disebut rosot karbon (carbon sink).Salah satu rosot karbon yang penting ialah hutan. Dengan menyusutnya luas hutan, kapasitas rosot karbonpun menurun. Karbon yang terikat dalam biomassa terlepas dalam bentuk CO2 dan masuk ke dalam atmosfer sehingga kadar CO2 dalam atmosfer naik. Kenaikan kadar CO2 dipercepat dengan berkembangnya teknologi yang menggunakan bahan biomassa fosil, yaitu batubara, minyak bumi dan gas ala, sebagai bahan bakar
Dengan naiknya kadar CO2 dalam atmosfer kita menghadapi bahaya terjadinya kenaikan intensitas ERK sehingga suhu permukaan bumi akan naik. Inilah yang disebut pemanasan global. Dampak pemanasan global ialah berubahnya iklim, yaitu perubahan curah hujan serta naiknya intensitas dan frekuensi badai.Permukaan laut akan naik, sebagian karenamemuainya air laut pada suhu yang lebih tinggi sehingga volumenya naik, sebagian lagi karena melelehnya es abadi di pegunungan tinggi dan di daerah kutub. Dengan berubahnya iklimm pertanian juga akan terpengaruh oleh pemanasan global

Saturday, September 3, 2016

Pengertian Hidrologi dan Siklus Hidrologi Menurut Ahli

Pengertian Hidrologi dan Siklus Hidrologi atau Siklus Air Menurut Para Ahli - Secara etimologi Hidrologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Hydrologia, yang berarti "ilmu air". Jadi dapat dikatakan bahwa Hidrologi membahas tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan air itu sendiri.
Namun, apa itu pengertian hidrologi ?
Berikut adalah pengertian Hidrologi menurut para ahli :
Marta dan Adidarma
menurut Marta dan Adidarma (1983), bahwa hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan bumi, tentang sifat fisik, kimia air serta reaksinya terhadap lingkungan dan hubunganya dengan kehidupan.

Pengertian Hidrologi dan Siklus Hidrologi Menurut Ahli
Linsley
Menurut Linsley (1996), menyatakan pula bahwa hidrologi ialah ilmu yang membicarakan tentang air yang ada di bumi, yaitu mengenai kejadian, perputaran dan pembagiannya, sifat-sifat fisik dan kimia, serta reaksinya terhadap lingkungan termasuk hubungannya dengan kehidupan.
Singh
Singh (1992), menyatakan bahwa hidrologi adalah ilmu yang membahas karakteristik menurut waktu dan ruang tentang kuantitas dan kualitas air bumi, termasuk di dalamnya kejadian, pergerakan, penyebaran, sirkulasi tampungan, eksplorasi, pengembangan dan manajemen.
Ray K. Linsley dalam Yandi Hermawan
Ray K. Linsley dalam Yandi Hermawan (1986) pengertian hidrologi adalah ilmu yang membicarakan tentang air yang ada dibumi yaitu mengenai kejadian, perputaran dan pembagiannya, sifat fisika dan kimia serta reaksinya terhadap lingkungan termasuk hubungan dengan kehidupan.
Berbicara tentang hidrologi tidak terlepas dari siklus hidrologi, siklus hidrologi mancakup evaporasi, transpiras, kondensasi, presepitasi, infiltrasi dan perkolasi.
Silahkan baca Pengertian tentang evaporasi, transpiras, kondensasi, presepitasi, infiltrasi dan perkolasi telah saya bahas pada postingan : Hutan dan Tata Air
Pengertian siklus hidrologi
Siklus hidrologi merupakan proses pengeluaran air dan perubahannya menjadi uap air yang mengembun kembali menjadi air yang berlangsung terus-menerus tiada henti-hentinya. Sebagai akibat terjadinya sinar matahari maka timbul panas. Dengan adanya panas ini maka air akan menguap menjadi uap air dari semua tanah, sungai, danau, telaga, waduk, laut, kolam, sawah dan lain-lain dan prosesnya disebut penguapan (evaporation) . Penguapan juga terjadi pada semua tanaman yang disebut transpirasi (transpiration) ( Soedibyo, 2003 )
Siklus hidrologi dibagi dalam 3 bagian yaitu :
1.    Siklus panjang
2.    Siklus sedang, dan
3.    Siklus pendek
Siklus Panjang :
Penguapan air laut menjadi bentuk gas a(kondensasi) karna panas dari matahari kemudian uap air mengalami sublimasi membentuk awan yang mengandung kristal es dan akan jatuh dalam bentuk air atau salju (presipitasi).
Siklus Sedang :
Penguapan air laut menjadi bentuk gas karna panas dari matahari dan terbawa oleh angin kemudian membentuk awan yang pada akhirnya jatuh ke permukaan daratan dan kembali ke lautan.
Siklus Pendek :
Penguapan air laut menjadi bentuk gas karna panas dari matahari lalu terjadi kondensasi membentuk awan dan kemudian jatuh ke permukaan laut.
Itulah pengertian siklus hidrologi dan siklus hidrologi menurut ahli, anda juga dapat membuat pengertian menurut anda sendiri dengan membaca dan memahaminya terlebih dalahulu.

Thursday, September 1, 2016

Makalah Pengelolaan Satwa Liar

Makalah Pengelolaan Satwa Liar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keseimbangan lingkungan dan ekosistem perlu dijaga untuk kelestarian makhluk hidup yang ada di dalamnya. Keseimbangan ekosistem sangat dipengaruhi oleh campur tangan manusia.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian habitat, ekosistem dan pengelolaan habitat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Habitat
a. Pengertian Habitat
Habitat (berasal dari kata dalam bahasa Latin yang berarti menempati) adalah tempat suatu spesies tinggal dan berkembang. Pada dasarnya habitat adalah lingkungan paling tidak lingkungan fisiknya di sekeliling populasi suatu spesies yang mempengaruhi dan dimanfaatkan oles spesies tersebut. Menurut Clements dan Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik yang ada disekitar suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok spesies, atau komunitas. Dalam ilmu ekologi, bila pada suatu tempat yang sama hidup berbagai kelompok spesies (mereka berbagi habitat yang sama) maka habitat tersebut disebut sebagai biotop.
Berdasarkan kondisi habitatnya dikenal 2 tipe habitat, yaitu habitat mikro dan habitat makro. Habitat makro merupakan habitat bersifat global dengan kondisi lingkungan yang bersifat umum dan luas, misalnya gurun pasir, pantai berbatu karang, hutan hujan tropika, dan sebagainya. Sebaliknya habitat mikro merupakan habitat lokal dengan kondisi lingkungan yang bersifat setempat yang tidak terlalu luas, misalnya, kolam, rawa payau berlumpur lembek dan dangkal, danau, dan sebagainya.
Ketersediaan habitat menunjuk pada aksesibilitas komponen fisik dan biologi yang dibutuhkan oleh satwa, berlawanan dengan kelimpahan sumberdaya yang hanya menunjukkan kuantitas habitat masing-masing organisme yang ada dalam habitat tersebut (Wiens 1984:402). Sedangkan kualitas habitat menunjukkan kemampuan lingkungan untuk memberikan kondisi khusus tepat untuk individu dan populasi secara terus menerus. Kualitas merupakan sebuah variabel kontinyu yang berkisar dari rendah, menengah, hingga tinggi. Kualitas habitat berdasarkan kemampuan untuk memberikan sumberdaya untuk bertahan hidup, reproduksi, dan kelangsungan hidup populasi secara terus menerus.
Komponen habitat yang dapat mengendalikan kehidupan satwa liar (Shawn, 1985), terdiri dari:
1.    Pakan (food), merupakan komponen habitat yang paling nyata dan setiap jenis satwa mempunyai kesukaan yang berbeda dalam memilih pakannya. Sedangkan ketersediaan pakan erat hubungannya dengan perubahan musim;
2.    Pelindung (cover), adalah segala tempat dalam habitat yang mampu memberikan perlindungan bagi satwa dari cuaca dan predator, ataupun menyediakan kondisi yang lebih baik dan menguntungkan bagi kelangsungan kehidupan satwa;
3.    Air (water), dibutuhkan oleh satwa dalam proses metabolisme dalam tubuh satwa. Kebutuhan air bagi satwa bervariasi, tergantung air dan/atau tidak tergantung air. Ketersediaan air pada habitat akan dapat mengubah kondisi habitat, yang secara langsung ataupun tidak langsung akan berpengaruh pada kehidupan satwa;
4.    Ruang (space), dibutuhkan oleh individu? individu satwa untuk mendapatkan cukup pakan, pelindung, air dan tempat untuk kawin. Besarnya ruang yang dibutuhkan tergantung ukuran populasi, sementara itu populasi tergantung besarnya satwa, jenis pakan, produktivitas dan keragaman habitat. Tipe habitat merupakan komponen-komponen sejenis pada suatu habitat yang mendukung sekumpulan jenis satwa liar untuk beraktivitas. Tipe habitat yang diperlukan suatu satwa di identifikasi melalui pengamatan fungsi- fungsinya, misalnya untuk makan atau bertelur.
Adapun habitat berfungsi sebagai tempat unutk hidup, tempat mencari makan, tempat berlindung dan tempat berkembang biak.
b. Relung (Niche)
Dalam ekogi, sebuah Relung (Niche) adalah sebuah istilah yang menggambarkan posisi relasional dari sebuah populasi melalui ekosistem satu sama lain. Relung ekologis menggambarkan bagaimana sebuah organisme atau populasi menanggapi adanya pesaing (misalnya, ketika ada predator, parasit dan patogen yang langka) dan bagaimana hal itu pada gilirannya mengubah faktor-faktor yang sama (misalnya, bertindak sebagai sumber makanan bagi predator, bertingkah laku, bereaksi, dan memangsa konsumen). Dalam suatu ekologi, setiap jenis tumbuhan akan mempunyai relung ekologi sebagai landasan untuk memahami fungsi dari suatu komunitas dan ekosistem dalam habitat yang sama. Peranan niche dalam habitatnya, dalam jenjang makanannya yang berhubungan dengan pH tanah atau iklim. Dalam ekosistem, berbagai jenis makhluk hidup lainnya dalam habitat dan relung ekologi masing-masing hidup bersama dan berinteraksi.
Relung ekologi bukan konsep yang sederhana, melainkan konsep yang kompleks yang berkaitan dengan konsep populasi dan komunitas. Relung ekologi merupakan peranan total dari semua makhluk hidup dalam komunitasnya. Penendalian populasi tergantung pada tempat makhluk hidup berfungsi di habitatnya, bagaimana cara hidup, atau peran ekologi makhluk hidup tersebut. Jadi pada dasarnya makhluk hidup secara alamiah akan memilih habitat dan relung ekologinya sesuai dengan kebutuhannya, dalam arti bertempat tinggal, tumbuh berkembang dan melaksanakan fungsi ekologi pada habitat yang sesuai dengan kondisi lingkungan (misalnya iklim), nutrien, dan interaksi antara makhluk hidup yang ada
2.2  Ekosistem
Suatu ekosistem pada dasarnya merupakan suatu sistem ekologi tempat berlangsungnya sistem pemrosesan energi dan perputaran materi oleh komponen-komponen ekosistem dalam waktu tertentu.
Struktur ekosistem adalah suatu kajian ekosistem menguraikan hal ikhwal tentang makhluk hidup, habitat, dan lingkungan sebagai Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! penyusun komponen biotik dan abiotik, serta menjelaskan wilayah lingkungan fisik dan persebaran nutrien.
Unsur-unsur ekosistem terdiri dari unsur komponen abiotik yang terdiri dari habitat seperti tanah, air, udara, materi organik, dan anorganik hasil dekomposisi makhluk hidup termasuk cahaya matahari dan iklim, dan komponen biotik yang terdiri dari semua unsur makhluk hidup, tumbuhan, hewan, dan mikrobiota; yang tersusun dari unsur ototrof sebagai produsen (tumbuhan hijau), unsur heterotrof sebagai konsumen dan dekomposer.
Secara fungsional sebagian besar peran dan fungsi ekosistem adalah melaksanakan proses fotosintesis, proses dekomposisi (penguraian materi), dan proses alir energi dan daur biogeokimiawi. Operasionalisasi fungsi ekosistem berlangsung secara bertahap, melalui proses penerimaan/fiksasi energi radiasi cahaya matahari, penyusunan materi organik dari bahan-bahan anorganik oleh produsen, pemanfaatan komponen produsen oleh komponen konsumen dan perombakan bahan-bahan organik oleh decomposer dari makhluk hidup yang telah mati menjadi senyawa anorganik yang lebih sederhana, yang dapat dimanfaatkan ulang oleh produsen dan konsumen kembali.
Operasionalisasi fungsi ekosistem tersebut tidak saja melibatkan proses alir atau transfer energi, produksi, pertumbuhan, perkembangan, dan kematian dari semua unsur-unsur makhluk hidup yang kemudian akan mengalami dekomposisi dan daur biogeokimiawi. Dalam proses fungsi ekosistem tersebut, juga akan berlangsung interaksi secara timbal balik antara komponen ekosistem.
2.3  Pengelolaan Habitat
1. Tujuan Pengelolaan Habitat
Pengelolaan habitat merupakan kegiatan untuk menjaga keseimbangan ekosistem sebagai tempat hidup satwa. Adapun tujuan pengelolaan habitat bertujuan untuk menjaga kelestarian habitat, untuk menjaga kelestarian satwa, untuk menjaga kelestarian flora.
2. Faktor yang mempengaruhi kerusakan habitat
Kerusakan habitat disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor alam dan faktor buatan. Adapun faktor alam diantaranya :
a)    Kerusakan akibat letusan gunung berapi.
Letusan gunung berapi merupakan salah satu aktivitas vulkanisme. Letusan gunung berapi merupakan gejala alam. Manusia tidak mampu membendung atau mencegahnya. Akibat dari letusan gunung berapi dapat merusak lingkungan hidup.
Kerusakan itu antara lain :
-          Kerusakan gunung berapi melemparkan berbagai material padat yang dapat menimpa perumahan, daerah pertanian, hutan, dan sebagainya.
-          Hujan abu vulkanik yang menyertai letusan dapat menyebabkan terganggunya pernapasan juga pemandangan yang gelap, dan dapat menutupi areal pertanian
-          dan perkebunan yang bisa mengurangi produksi.
-          Aliran lahar dapat menyebabkan pendangkalan sungai, sehingga ketika hujan turun menimbulkan banjir.
-          Gas yang mengandung racun dapat mengancam keselamatan makhluk disekitar gunung api.
-          Lava panas yang meleleh akan merusak dan mematikan apa saja yang dilaluinya. Setelah dingin, akan membeku menjadi batuan yang keras yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
-          Awan panas yang berhembus dengan kecepatan tinggi dan tidak terlihat mata
-          dapat menewaskan makhluk hidup yang dilaluinnya.
-          Lahar dingin, dapat merusak areal pertanian, dan daerah permukiman penduduk serta bangunan lain.
-          Debu-debu gunung api yang bertebaran di udara, dapat menghalangi radiasi matahari, dan membahayakan penerbangan udara.
b)    Kerusakan akibat gempa bumi.
Gempa bumi merupakan hentakan lapisan bumi yang bersumber dari lapisan di sebelah dalam merambat ke permukaan bumi. Kerusakan akibat gempa bumi menimbulkan gejala langsung maupun tidak langsung :
-          Banjir atau tanggul rusak.
-          Gempa di dasar laut menyebabkan tsunami.
-          Tanah di permukaan menjadi merekah.
-          Tanah longsor.
-          Bangunan roboh.
-          Kebakaran yang terjadi akibat dampak lanjutan gempa.
c)    Kerusakan akibat Cyclon (angin topan).
Siklon adalah tekanan udara rendah berupa angin-angin topan atau badai. Kerusakan yang ditimbulkannya tergantung dengan kuat arusnya.
Kerusakan yang disebabkan oleh angin topan adalah sebagai berikut:
-          Rumah-rumah yang kurang kuat terbawa sampai beberapa kilometer.
-          Bangunan rumah tembok dan gedung�gedung rusak atapnya bahkan ada yang roboh.
-          Merusak areal hutan, perkebunan, dan pertanian.
Sedangkan faktor buatan merupakan factor akibat aktivitas manusia, diantaranya :
a)    Perburuan hewan yang membabi-buta sehingga terputusnya rantai makanan yang menyebabkan keseimbangan alam menjadi kacau tidak ada ujung pangkalnya.
b)    Kebakaran hutan diakibat dua faktor selain alam dikareanakan oleh kemarau panjang yang memicu kebakaran alam. Kebakaran hutan juga disebabkan ulah manusia yang melakukan aktivitas seperti pembukaan lahan dengan membakar hutan pada akhirnya terjadi polusi udara akibat kabut asap yang ditimbulkan sehingga banyak spesies binatang dan tumbuhan musnah.
c)    Penggundulan hutan ini adalah akibat manusia yang melakukan aktivitas penebangan hutan secara liar tanpa izin atau illegal dengan tanpa melakukan reboisasi kembali pada hutan tersebut.
d)    Penambangan adalah aktivitas manusia dalam menggali material alam yang berharga seperti bahan tambang besi,timah,emas dll. Penambangan secara liar tanpa perlakuan bijak akan memicu kerusakan alam juga.
e)    Limbah industri adalah hasil pengolahan pabrik yang tidak berguna. Limbah ini merupakan pemicu juga dalam kerusakan alam karena limbah itu berupa racun yang akan memusnahkan hewan,tumbuhan dan manusia juga. Dan dipastikan keseimbangan alam juga terganggu.
f)      Radiasi Nuklir adalah peristiwa pencemaran alam akibat meledak dan pecahnya partikel-partikel dari nuklir dari penyimpannya.
3.    Akibat dari kerusakan habitat tersebut antara lain :
a)    Terganggunya ekosistem
b)    Punahnya satwa atau fauna
c)    Munculnya hama dan penyakit
d)    Munculnya satwa baru
4.    Cara memulihkan habitat yang telah rusak seperti :
a)    Menanam Pohon
b)    Melakukan penangkaran satwa
c)    Menghentikan perburuan liar
d)    Mengendalikan penambangan
5.    Pertimbangan-pertimbangan dalam pengelolaan habitat
a)    Kondisi lingkungan/ vegetasi
b)    Kondisi satwa yang menghuni didalam habitat
c)    Topografi habitat
d)    Biaya pengelolaan
e)    Aksessibilitas
f)     Tujuan pengelolaan

BAB III
PENUTUP
Habitat satwa liar perlu dikelola dengan baik untuk menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan. Pengelolaan habitat yang baik tersebut memberikan dampak positif terhadap kelestarian satwa. Oleh karena itu perlu adanya campur tangan manusia dalam pengelolaan tersebut.
Langkah-langkah dalam pengelolaan habitat yang dapat dilakukan oleh manusia diantaranya dengan menjaga kelestarian hutan dan mengelola hutan sesuai dengan fungsinya.