Setiap orang mampu memberikan hal terbaik dalam kehidupannya. Setiap orang mampu memberikan ideologi terhadap orang lain. Hal ini juga terjadi pada kehidupan di dunia nyata maupun dunia maya. Jika kita mampu berpikir jernih kita akan tahu apa hikmah pada kisah yang terurai.
Saat ini kondisi hidup bangsa kita berada di titik nazhir paling mengkhawatirkan. Segala masalah, berupa cobaan, bencana alam, kecelakaan transportasi, konflik sosial, kerusakan moral, korupsi birokrasi, praktik mafia politik, mafia media, mafia hukum, dll. tumpang tindih jadi satu.
Dalam keadaan demikian, peluang seorang Muslim terjerumus, terfitnah, atau menjadi korban masalah-masalah yang ada, terbuka lebar. Kapanpun musibah bisa menimpa, dan dimanapun. Sejak dari atas gunung sampai ke tepi pantai, dari hutan sampai ke tengah kota, di tengah sawah hingga ke tengah kampus, musibah bisa terjadi.
Dalam kondisi demikian, amat sangat penting kita bersimpuh kepada Allah, memohon pertolongan dan karunia-Nya, memohon rahmat dan ampunannya, memohon rizki dan kekuatan kepada-Nya. Saat tak ada lagi yang bisa diharap, maka Allah adalah Dzat yang paling layak diharapkan keselamatan dan kemurahan dari-Nya.
Disini ada beberapa cara praktis bisa dilakukan seorang Muslim untuk menghindari diri, keluarga, dan Ummat, dari bahaya fitnah. Cara-cara itu adalah sebagai berikut:
[1] Terus-menerus membaca ISTIGHFAR. Di setiap tempat, waktu, dan keadaan. Kecuali saat seseorang berada di kamar mandi (WC). Terus baca istighfar. Bisa diucapkan “as-tagh-firullah al ‘azhim” atau “as-tagh-firullah al ‘azhim, alladzi laa ilaha illa Huwa, al Hayyul Qaiyumu wa atubu ilaih”.
[2] Konsisten melaksanakan Shalat berjamaah di masjid. Minimal Shalat Shubuh dan Isya’. Lebih bagus bila bisa dawam, setiap waktu shalat di masjid. Itu luar biasa. Shalat berjamaah seperti tiang yang menegakkan sebuah bangunan. Tanpa tiang, rumah akan runtuh. Bagi kaum wanita, mereka boleh shalat berjamaah di masjid. Tetapi lebih afdhal shalat di rumah sendiri.
[3] Selalu bertauhid, mengesakan Allah Al Wahid. Menghindari kemusyrikan, menghindari perbuatan-perbuatan yang bisa merusak akidah tauhid di hati. Setidaknya, selalu berdizkir membaca: “Laa ilaha illa Allah” atau “Laa ilaha illa Allah, wahdahu laa syarikalah, lahul Mulku wa lahul Hamdu, Yuhyi wa Yumitu wa Huwa ‘ala Kulli syai’in Qadiir”. Dalam Surat Al Baqarah 256 dijelaskan, tauhid itu merupakan tali pegangan yang sangat kuat, yang selamanya tak akan putus.
[4] Belajar ilmu, memahami ilmu, dan mengamalkan ilmu. Ilmu yang dimaksud adalah ilmu Wahyu, yaitu ilmu agama yang bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah. Bacalah Kitab Al Qur’an dan As Sunnah; dengarkan pelajaran tentang keduanya; baca risalah-risalah tentang keduanya; terus menuntut ilmu, sekalipun di tengah kancah peperangan sekalipun. Siapapun yang khidmah di bidang ilmu, maka Allah akan membukakan kebaikan-kebaikan kepadanya. Amin.
[5] Menghubungkan tali shilaturahim. Hubungkan pertalian darah, hubungan kekerabatan, hubungkan sanak saudara dan famili. Hubungkan sesama Muslim, sesama shahabat, rekan, handai taulan, orang-orang yang dikenal dari kalangan sesama Muslim. Hubungi mereka, dekatkan hati ke hati, maafkan yang tersalah, mintakan doa mereka, dukung kebaikan-kebaikannya, beritakan hal-hal optimis bagi mereka.
[6] Bersikap adil menjauhi kezhaliman. Jauhilah sikap zhalim, sebab kezhaliman itu merupakan “simpanan kecelakaan” bagi kita. Tidak tahu kapan Allah akan membukakan simpanan tersebut dan dalam bentuk apa? Na’udzubillah min dzalik. Bersikaplah yang adil, termasuk kepada anak-anak sendiri. Bila belum mampu mencegah kezhaliman atau membela keadilan, setidaknya, berbuatlah adil dan jauhi kezhaliman.Innallah yuhibbul muqsithin (sesungguhnya Allah itu mencintai orang-orang yang adil).
[7] Mengasihi orang-orang lemah, makhluk lemah, dan siapapun yang membutuhkan pertolongan. Kasihilah orang yang menderita, kasihilah yang sakit, kasihi yang fakir-miskin. Bila ada kekuatan, bantu mereka. Kalau mau, doakan mereka. Bila tidak, berkata-katalah yang baik atas mereka. Irhamu man fil ardhi, yarhamuka man fis sama’i (kasihi siapa yang ada di bumi, maka akan mengasihi engkau siapa yang ada di langit -yaitu Allah dan para Malaikat-).
[8] Bersabarlah atas kesulitan, bersabar atas kesempitan rizki, bersabar atas cobaan-cobaan, bersabar atas kekurangan diri, dan sebagainya. Bersabarlah wahai saudaraku, karena kesabaran dan keridhaan hatimu atas kesulitan, bisa membuat dirimu dan keluargamu dijauhkan dari bencana yang mestinya menimpa. Innallah ma’as shabirin (Allah itu selalu bersama orang-orang yang shabar).
[9] Jaga selalu doa ini, “Rabbana laa tuzigh qulubana ba’da idz hadaitana wa hablana min ladunka rahmah, innaka Antal Wahhab” (wahai Rabb kami, jangan gelincirkan hati-hati kami -ke arah kesesatan- setelah Engkau memberi kami petunjuk, limpahkan dari sisi-Mu berupa kasih sayang, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Pemurah). Doa ini bisa selalu dibaca, agar kita selalu istiqamah dalam kebenaran, istiqamah di atas jalan yang lurus.
[10] Dan ini yang sangat penting, penting sekali. Seberat apapun keadaan, seberat apapun fitnah dan tantangan; jangan berhenti untuk terus melakukan perbaikan. Biarlah manusia berlomba-lomba merusak keadaan; kita akan terus bertahan menyebarkan kebaikan, melestarikan agama ini, di tengah kondisi sesulit apapun. Di antara keadaan yang akan membuat seseorang mendapatkan karunia “laa khaufun ‘alaihim wa laa hum yahzanun” ialah terus melakukan perbaikan, sekuat kesanggupan.
Demikian yang bisa disampaikan. Semoga bermanfaat dan bisa diamalkan. Allahumma amin ya Rabbal ‘alamiin.
0 komentar:
Post a Comment