Kemarin, minggu 26 april 2015.
Pulang dari Lamongan jatim menuju rumah ( demak ). Perjalanan sekitar +/- 235 km, biasa ditempuh dengan roda enam, sekitar 6-7 jam. Namun perjalanan itu harus molor sampai 18 jam. Gila....
Sesampai di kecamatan Jenu, Tuban. Ban belakang bocor, karena dop dari ban tersebut rusak. Nunggu deh sekitar 75 menitan, sembari mengganti ban. Begitu selesai ganti, kami jalan, kemudian mampir ke salah satu jalanan hutan di desa purworejo ( lupa kecamatannya) di Tuban. Tukang tambal ban ngecek bam yang mau ditambal. Ternyata memang kondisinya lumayan parah, dob gak diganti. Alhasil jalan menuju rumah menggunakan ban yang tipis, dengan harapan sampai di semarang, langsung diganti. Jalan deh pelan, kecepatan sekitar 50km/jam.
Begitu sampai di lingkar Pati, Jawa tengah, ban meletus. Kami yang jalan pelan ketika ingin nyalip trailer, gak sangka jika ban yang kami bawa meletus. Kami mengira truk sebelah yang kami salip. Kami berhenti ngecek ban, dan truk trailer juga berhenti mengecek ban mereka. Dan benar saja, ban yang kami bawa pasang tadi berada didalam, meletus.
Kami bongkar kembali ban tadi, dan meminta bantuan seseorang mengantarkan ke tambal ban. Lumayan melelahkan menunggu seseorang yang mau bantu kami, sekitar 1/2 jam. Ada seorang pengendara motor menghampiri kami dan menawarkan jasanya. Aku bawa ban, tanpa ban dalam, karena ban yang akan kami gantu udah meletus, dan terpaksa bawa tanpa ban dalam itu. Ketika menuju ke tambal ban pertama, dengan enaknya yang jaga tambal ban tersebut : "aku ngantuk eh bro, dadi wegah."
Kemudian kami menuju ke tambal ban yang kedua. Dengan harapan mau ganti ban baru. Eh malah dapat ban bekas, yang harganya 100.000. Aku kaget saat meminta nota, kondisi ban 80%. Muak sebenarnya saat nota disodorkan, dan tertulis 100,000 dengan kondisi ban 80%. Aku terpaksa beli, karena memang kami harus jalan.
Setelah itu, aku kembali ke roda enam lagi. Dan memberikan bannya ke sopir. Tak lupa penawar jasa tadi kami kasih 20.000.
Perjalanan kami lanjutkan, masih dengan kecepatan 50km/jam.
Pukul 00.50, ketika sampai di lampu merah Trengguli, kecamatan wonosalam, kabupaten Demak. Kembali lagi ban kami meletus. Padahal dari tempat aku berhenti menuju ke rumah cuman 5 km. Dan niatnya langsung pulang ke rumah kandas saat mengetahui kondisi palek dan ban pecah.
Inginnya sih ninggalin supir sendirian. Tetapi, dini hari seperti itu gak akan ada angkut. Kami inisiatif, menyiapkan tanda bahaya, 10 meter dari truk yang mogok.
Beruntung ada seseorang yang dianggap orang gila membantu kami membawa ban bekas. Dengan niat baik itu, kami nyalakan api pada ban bekas. Kondisi yang payah seperti ini tak memungkin berpikir jernih. Menyalakan api untuk membakar ban saja butuh 15 menit. Hehehehe....
Begitu api yang kami nyalakan mulai menjalar di ban, kami gak menyadari kalau apinya malah membesar dan asap hitam pekat mengepul di ban tersebut.
Kami buru-buru menyingkirkan ban tersebut. Ketika api di ban sudah padam dengan sendirinya. Kami inisiatif cari tanda bahaya lain.
Disela sela mencari beberapa kali kami harus mengarahkan kendaraan lain ke arah kanan.
Setelah semua rapi kami meminta pihak kantor mengirim ban, saat itu juga. Namun sayang tak ada yang mau membantu, karena sopir lainnya tak ada di kantor. Well kamipun bermalam di truk sambil menunggu pagi dan tukang tambal buka.
Pukul 5 pagi ada seseorang membangunkan tidur kami, karena kami parkir depan rumahnya. Pemilik rumah ingin mengeluarkan mobilnya, yang terhalang truk kami.
Kami bangun dan mencari tukang tambal ban lagi, sembari menunggu kabar dari kantor. Alhamdulillah kami diantar tukang becak menunggu tukang tambal ban.
Pukul 7.25. Ban baru diantar. Alhamdulliah. Dan kami baru menyelesaikan penggantian ban pukul 09.00 WIB.
Mengejar jam kuliah
Setelah semua beres, kami langsung menuju ke Semarang. Namun aku tetap menuju rumah, jam 09, menurutku waktu yang sangat mepet untuk ke kampus yang berjarak -/+ 35 km-an. Sampai di rumah pukul 09.05 WIB, aku punya waktu cuman 10 menitan untuk mandi dan siap-siap ke kampus. Karena perkiraan waktu tempuh 45 menit, dan ketika kecepatan tinggi bisa kurang dari waktu tempuh itu.
Selesai mandi dan dandan rapi kulihat jam menunjukkan waktu 9.20, belum lagi ambil motor yang kupakai di rumah sebelah.
Pukul 9.30 aku keluar dari rumah. Bakal telat nih, pikirku.
Kulajukan kendaraan bermotor keluaran 1997 hitam bermerk honda dengan kecepatan diatas normal. Saya gak peduli, nanti di jalan seperti apa?. Bagiku yang penting adalah cepat sampai di kampus. 100km/jam gas kutarik. Saya percayakan ini pada Tuhan, dan kemampuanku. Dan gak berpikiran negatif. Sesampainya di SPBU depan Universitas Sultan Agung, kuisi pertamax kendaraan ini. Ketika kulihat jam pada handphone-ku, 09.56. Waduh benar-benar bakal telat nih.
Seusai mengisi bahan bakar. Aku mencari jalan lain tanpa melewati perkotaan, harapanku jalan yang kutempuh lebih cepat. Namun baru akan masuk arah pelabuhan, kulihat truk muatan berjejer rapi, padat. Waduh. Motorku selipkan ke sela sela kendaraan lain agar dapat jalan. Well ternyata ada perbaikan jalan didepan, dan antrian kendaraan tidak lama.
Masih dengan kecepatan tinggi, kuliuk-liukkan kuda besiku, melewati jalanan. Lampi merah kuterobos satu persatu 2 detik sebelum hijau.
Dan saat melewati jalan kelud, alhamdulillah sebentar lagi sampai.
Lima menit dari jalan kelud, a
Sebentar lagi sampai ke kost. Alhamdulillah sampai, aku langsung menuju ke kamar tak lupa ambil tas kuliah. Kulihat jam 10.15 , telat masuk kelas nih, pikirku.
Tiga menit jalan kaki untuk sampai ke kampus, lalu aku menuju kelas. Begitu sampai kelas, dan ternyata zonkkk.
Dosennya meliburkan diri, dan meninggalkan tugas.
Dan kembali ke kost untuk tidur.
0 komentar:
Post a Comment