Propellerads

Friday, November 20, 2015

Rokok dan Marketing Akhir Tahun 2015

Rokok sebagaimana diketahui merupakan aset bangsa. Dari rokok, perekonomian Indonesia mampu ditopang. Contoh riil rokok mampu menopang perekonomian dapat dilihat dalam bungkusnya. Pada label cukai disebutkan bahwa SKM 2015 adalah Rp. 415/batang.

Dari sisi itulah rokok menyumbang pajak sekitar 35% per batangnya.

Lalu dalam bidang marketing, rokok justru saling bersaing. Para salesman, berlomba-lomba "membunuh" satu sama lain.

Bagaimana mereka bersaing?

Saya ambil contoh di sekitar sampangan Semarang, beberapa warung mempunyai trade mark sendiri. Nah dari situ mereka bermain. Aturan diterapkan. Rokok merk A, tak boleh masuk dalam warung yang punya trade mark rokok B. Begitu sebaliknya.

Akhir tahun, memang digunakan perhitungan tutup tahun. Lebih umum pabrik menggunakan kuartal per 3 bulan, per 6 bulan, atau per 4 bulan. Perhitungan itu digunakan untuk statistik penjualan yang berjalan dalam setahun.

Penjualan yang harusnya dipatok memenuhi target dalam setahun. Namun saat target tak terpenuhi, berbagai cara dipakai untuk mendongkrak dagangan. Promosi besar-besaran, jalan terakhirnya. Sales menerapkan aturan : hadiah berupa alat elektronik jika rokok merk lain tidak dijual di warung yang dikunjungi, setiap pembelian rokok di agen/pasar dilakukan pengecekan nota agar rokok merk lain terdeteksi pembeliannya.

Langkah itu mampu menarik minat warung untuk ikut. Namun perlu diingat bahwa cara itu mematikan dagangan rokok merek lain.

Cerdasnya pemilik warung ialah tetap menjual rokok merek lain dengan terselubung.

0 komentar: