Mawar kecil, berwajah kemerah-merahan dan memiliki dua tangkai tahi lalat di bawah dagu bagian kanan. Mawar adalah gadis cantik yang pendiam. Senyumnya begitu murah, tak suka menghujat teman, dan seringkali membagikan jajanannya, semisal bagea kenari kepada teman-temannya yang punya banyak pohon kenari. Mawar selalu berjalan dengan sebuah buku catatan dan pena. Ke mana saja, mau di mana saja, kedua benda penting itu selalu dibawanya: menulis segala hal pemandangan indah yang diberi alam. Mawar tidak pintar melukis.
Suatu hari, pada Jumat yang hening, murid-murid telah bersiap-siap di dalam kelas, dan menunggu Pak Zulkifli Manaf--wali kelas mereka--untuk memberi aba-aba, karena seperti janji Pak Manaf Kamis kemarin, bahwa hari ini akan ada tugas "menggambar rumah". Tak lama, hanya berselang 10 menit, Pak Manaf pun masuk. Belum sempat duduk di kursinya, Pak Manaf, yang berdiri sekitar lima depa dari tempat duduk Mawar, dengan tangan kirinya memegang rotan, pun berucap, "Anak-anak, sekarang gambarlah rumah kalian masing-masing!"
Singkat cerita, sekitar satu jam berselang, anak-anak pun, oleh Pak Manaf disuruh mengumpulkan hasil gambar mereka masing-masing. Semua gambar, tak ada yang jelek. Semuanya, bagus. Semuanya menggambar penuh takjub, kecuali Mawar yang masih saja menulis cerita tentang rumahnya. Mawar menggambar dan mengisahkan rumahnya dalam sebuah cerita yang panjang. Segala hal telah ditulisnya, termasuk atap-atap yang bocor, hanya berlantaikan tanah liat, berdinding papan, dan lain sebagainya. Pokoknya banyak hal yang Mawar ceritakan, hingga membentuk satu buku tebal berhalaman 1000. Hasil gambar rumah--buku-- itu pun oleh Mawar diberi judul "1.000 Tahun Bersahabat Dengan Kepedihan".
(Muzakir Rahalus) sedang berada di Asrama Gorontalo, ASBER-Manado, 13 Agustus 2016.
Lihat juga Muzakir Rahalus : Suatu Sore di Bawah Jembatan Siak, Pekanbaru, Riau
0 komentar:
Post a Comment