Propellerads

Saturday, October 1, 2016

Enak Dengan Kawan Bersama Malam

Genggulang - Pondok bambu menyinggakan diriku malam ini. Malam yang hangat tanpa kebersamaan. Sebab, ku tebak kalian dikejahuan. Tak ku dapat kalian di selah malam. Lagi karena sebab, aku berfikir kalian tidak nampak di sampingku. Meski begitu, aku serius ingat dan mengingatkan jahunya kejahuan diriku untuk kalian.
Ingat. Sebut dan menyebutkan, aku bersama malam terus cari bersamaan langkah yang hilang dengan jarak-jarak kejahuan. Tapi, ku bisah tebak. Karena kalian tak ku lihat, mata berspekulasi menghantarkan hati dan fikir untuk mengucapkan; 'malam sebelum tidur,' dan tidurlah.
Malam sengit berlarut-larut. Larut menebak-tebak. Tebak dimana kalian wahai kawan. Kawan dimalam yang rindu menyapa hadirku di samping kebersamaan. Tak usah, dengar kawan; kita bagaikan rokok yang terisi tembakau tanpa pisah bersama asap kenikmatan.
Tidurlah, semoga kita bermimpi untuk hidup. Hidup yang bernuansa jerit-menjeritkan. Jangan bernuansa indah karena hidup, sebab, hidup yang indah adalah manja untuk dunia. Keras dan mengeraslah. Mengeras untuk tubuh dan akal fikirmu. Disitulah hidup, hidup untuk nikmat dan menikmati hidup.
Permisi malam.
Genggulang, 28 September 2016.
Tri Putra.S.Saleh SH,.
Lihat juga Tri Saleh : Etika Politik dan Wilayah Abu-Abu 

Related Posts:

  • Bagian Terpenting Pada TubuhOleh : Wulan HalikWulan HalikIbuku selalu bertanya padaku, apa bagian tubuh yang paling penting.Bertahun-tahun, aku selalu menebak dengan jawaban yang aku anggap benar. Ketika aku … Read More
  • Mengembalikan Kata Optimisme yang DitanamkanKita perlu melihat kembali posisi Indonesia di tahun 1945 dibandingkan Indonesia di tahun 2016 kini. Kemerdekaan hadir bukan semata-mata untuk menggulung koloanialisme,tetapi juga … Read More
  • Istriku Tidak CantikOleh : Wulan HalikWulan HalikIstriku tidak cantik, standar dan biasa saja. Aku juga sadar bahwa dia tidak cantik tapi tidak buruk dan kalau bersanding denganku maka aku nampak lebi… Read More
  • MENGGAMBAR RUMAH: Sahabat Pedih, 1.000 TahunMawar (bukan nama samaran, juga bukan nama asli), adalah gadis kecil yang terlahir di sebuah desa di bagian Selatan Bacan Timur. Kedua orangtuanya adalah petani kelapa. Ayahnya mer… Read More
  • Dukung KontraS MembongkarnyaPada bulan lalu, tepatnya Kamis, 27 Juli 2016, saya sempat menghadiri dialog yang digelar oleh Forum Peduli Nusantara (FPN) Manado, dengan mengangkat tema yang menurut saya cukup m… Read More

0 komentar: