Propellerads

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Showing posts with label Silvikultur. Show all posts
Showing posts with label Silvikultur. Show all posts

Thursday, September 1, 2016

Latihan Soal Fisiologi Tumbuhan

1.    Apa yang di maksud dengan Turgor, Potensial Osmotik dan Evaporasi.
Turgor/Tekana Turgor.
Turgor adalah keadaan tegang yang ditimbulkan oleh penyerapan air antara dinding sel dengan isi sel yang menyerap air. Tekanan timbal balik antara dinding sel dengan isi sel, inilah yang disebut dengan tekanan turgor. Sel yang mengalami tekanan turgor maksimal disebut turgesent. Apabila hal ini terjadi maka sel pada tumbuhan akan mengembang lagi.
Latihan Soal Fisiologi Tumbuhan
Potensial Osmotik
Potensial osmotik atau potensial linarut yaitu efek zat terlarut pada potensial air. Linarut menurunkan energi-bebas air dengan cara melarut dalam air. Ini merupakan efek entropi, artinya pencampuran linarut dengan air meningkatkan kekacauan dalam sistem akibatnya menurunkan energi-bebas. Jadi, potensial osmotik tidak ditentukan oleh sifat khas linarut, potensial osmotik bernilai negatif atau kurang dari nol.
Evaporasi
Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi.
1. Faktor yang menyebabkan terjadinya difusi
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, yaitu
-            Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak, sehinggak kecepatan difusi semakin tinggi.
-            Ketebalan membran. Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
-            Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
-            Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan difusinya.
-            Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.
2. Jika Tekanan Osmotik turun apa yang terjadi pada Turgor
Tekanan Turgor berbanding terbalik dengan tekanan Osmotik, jika tekanan Turgor suatu sel naik maka tingkat kepekaan plasma berkuran sehingga tekanan Osmotik turun begitu pula sebaliknya.
3. Bila proses difusi berhenti apakah pergerakan molekul juga terhenti
Difusi merupakan salah satu peristiwaperpindahan massa yang prosesnya sering juga dilakukan dalam industri-industri. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luassecara merata atau mencapai keadaankesetimbangandimana perpindahan molekul tetapterjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi.
4. Mengapa proses transpirasi penting terhadap penyerappan air.
Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar keberlangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin. 

Saturday, August 27, 2016

Sifat-Sifat Enzim serta Pengertiannya

Definisi enzim adalah protein yang menurunkan energi aktivasi (EA) reaksi kimia. Enzim mengurangi energi aktivasi melalui berbagai mekanisme/cara. Sebagai contoh, enzim dapat membawa molekul bersama sama dengan oritentasi yang sesuai untuk bereaksi atau dapat menyediakan lingkungan mikro yang kondusif terhadap reaksi Enzim dapat juga bertindak sebagai katalis biologis; enzim tersebut mempercepat reaksi tanpa turut mengalami perubahan. Dengan tidak adanya enzim dalam suatu reaksi kimia, suatu energi aktivasi tidak dapat diatasi pada suhu sel yang normal.

Hal ini akan menyebabkan reaksi kimia berjalan sangat lambat sehingga sel dapat mati sebelum reaksi kimia menghasilkan energi dan molekul yang dibutuhkan. Setiap sel membuat dan menghasilkan banyak jenis enzim yang masing masing mengatalisasi reaksi yang berlainan dan sangat spesifik. Oleh karena itu, enzim memiliki bentuk yang spesifik yang secara khusus mengikat satu set molekul tertentu. Dalam mempelajari tentang enzim, kita perlu mengetahui tentang substrat. Substrat adalah reaktan yang diolah pada reaksi yang dikatalisasi oleh enzim (enzimatik).
Singkatnya Enzim adalah protein yang dapat mempercepat reaksi metabolisme. Kerja enzim ini mirip dengan katalis, zat kimia yang mempercepat reaksi yang pada akhir reaksi akan diperoleh kembali dalam bentuk semula. Oleh karena itu, enzim disebut juga biokatalisator.
Sifat-Sifat Enzim
Enzim memiliki beberapa sifat khas, di antaranya selektif, spesifik, efisien, sebagai biokatalisator, dan merupakan protein.
Selektif
Enzim bersifat selektif karena hanya dapat bekerja pada substrat tertentu. Namun, selain substratnya, enzim dapat juga berikatan dengan zat penghambat (inhibitor). Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut pada pembahasan berikutnya.
Spesifik
Enzim bersifat spesifik karena enzim hanya dapat mengkatalisis reaksi tertentu. Satu jenis enzim hanya bekerja untuk satu jenis reaksi.
Efesien
Dengan adanya enzim yang bersifat sebagai katalis, energi aktivasi suatu reaksi dapat diturunkan. Hal tersebut memudahkan reaksi dan menghemat energi yang dibutuhkan untuk memulai reaksi.
Katalisator
Oleh karena enzim bersifat sebagai katalis, enzim tidak akan mengalami perubahan bentuk. Oleh karena itu, enzim dapat digunakanberkali-kali tanpa mengalami kerusakan.
Seperti Protein
Oleh karena enzim terbuat dari protein, enzim dipengaruhi oleh hal-hal yang berpengaruh terhadap protein. Enzim dapat dipengaruhi oleh suhu, pH, dan adanya logam berat, sehingga enzim dapat mengalami denaturasi (perubahan bentuk, struktur, dan sifat).

MAKALAH PEMULIAAN POHON : Perbanyakan Tanaman Jati dengan Biji (Generatif)

MAKALAH PEMULIAAN POHON : Perbanyakan Tanaman Jati dengan Biji (Generatif)
I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Pohon Jati cocok tumbuh di daerah musim kering agak panjang yaitu berkisar 3-6 bulan per tahun. Besarnya curah hujan yang dibutuhkan rata-rata 1250-1300 mm/tahun dengan temperatur rata-rata tahunan 22-26� C. Daerah-daerah yang banyak ditumbuhi Jati umumnya tanah bertekstur sedang dengan pH netral hingga asam.


Menurut T.Altona, penanaman jati yang pertama dilakukan oleh orang hindu yang datang ke Jawa. Sehingga terkesan, jati didatangkan oleh orang hindu atau negeri hindulah tempat asli dari jati. Pendapat ini diperkuat oleh seorang ahli botani, Charceus yang mengatakan bahwa jati di Pulau Jawa berasal dari India yang dibawa sejak tahun 1500 SM sampai abad ke- 7 Masehi.

Kayu jati termasuk kelas kuat I dan kelas awet II. Penyebab keawetan dalam kayu teras Jati adalah tectoquinon (2-methylanthraquinone). Kayu jati mengandung 47,5% sellulosa, 30% lignin, 14,5% pentosan, 1,4 % abu dan 0,4-1,5% silika.

Kayu Jati banyak digunakan untuk berbagai keperluan. Beberapa kalangan masyarakat merasa bangga apabila tiang dan papan bangunan rumah serta furniture perabotannya terbuat dari Jati. Berbagai konstruksi pun terbuat dari Jati seperti bantalan rel kereta api, tiang jembatan, balok dan gelagar rumah, serta kusen pintu dan jendela. Pada industri kayu lapis, Jati digunakan sebagai finir muka karena memiliki serat gambar yang indah. Dalam industri perkapalan, kayu Jati sangat cocok dipakai untuk papan kapal yang beroperasi di daerah tropis.

1.2  Rumusan masalah

Dalam pembahasan makalah kali ini, ada beberapa topik yang menjadi masalah dalam makalah ini, yakni:

a.    Menjelaskan teknik budidaya tanaman jati secara generatif?
b.    Menjelaskan kelebihan maupun kekurangan metode perbanyakan secara generatif?

1.3  Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar para pembaca bisa lebih mengetahui cara-cara dalam membudidayakan tanaman jati dengan metode generatif (biji). Serta pembaca juga akan mengetahui kelebihan maupun kekurangan metode generatif (biji).

II. PEMBAHASAN

2.1  Menanam Pohon Jati

Pengetahuan dan pengalaman menanam jati sudah banyak diketahui baik secara konvensional (biji) maupun secara terpadu yaitu penerapan silvikultur intensif, penanaman jati klon unggul, rekayasa genetik dan sebagainya. Secara garis besar, pengadaan bibit jati dapat dilakukan melalui dua cara yaitu secara generatif dan secara vegetatif.

Secara generatif, pengadaan bibit jati dilakukan dengan menggunakan biji. Biji jati yang akan digunakan dipilih yang masih baru, karena biji jati yang telah disimpan sangat mudah berkurang daya kecambahnya. Buah jati termasuk jenis buah batu, memiliki kulit yang keras dan persentase perkecambahan rendah dibandingkan dengan species lain. Untuk itu perlakuan-perlakuan tertentu dilaksanakan agar mampu memecah dormansi biji.

Beberapa cara pemecahan dormansi biji yang dapat dilakukan antara lain :
1.    Biji direndam dalam air dingin-dijemur dibawah terik sinar matahari, diulang 4-5 hari.
2.    Biji jati direndam dalam air dingin-air panas bergantian selama 1 minggu.
3.    Biji jati pada bagian epikotil, ditipiskan kulit bijinya dengan cara diamplas, sehingga memudahkan air dan udara masuk kedalam biji.
4.    Biji jati direndam dalam larutan asam sulfat pekat (H2S04) selama 15 menit, kemudian dicuci dengan air dingin setelah itu baru dikecambahkan pada media pasir.

Pasir yang digunakan dianjurkan untuk disterilkan dengan dijemur dibawah sinar matahari, digoreng sangrai atau disemprot dengan �Benlate� agar jamur dan bakteri pengganggu mati. Pasir jangan dipadatkan agar memudahkan munculnya daun dan batang muda dari media tabur. Biji disiram secara teratur 2x sehari agar kelembaban terjaga. Naungan diperlukan agar suhu dan kelembaban terjadi dalam kondisi yang lama. Naungan dapat berupa plastik, daun kelapa, atau naungan jenis lainnya.

Benih ditanam dengan bekas tangkainya dibawah. Supaya tidak hanyut oleh air baik karena hujan atau penyiraman, bijinya ditekan ke dalam media sedalam 2 cm kemudian ditimbun. Perkecambahan biji jati biasanya bertahap, sehingga perlu menunggu agar benih-benih tersebut dapat berkecambah secara sempurna.

Media yang digunakan untuk penyapihan adalah campuran antara pasir : tanah : kompos (7:2:1). Ukuran polybag yang digunakan adalah 10 x 15 cm. Pemupukan dilakukan dengan NPK cair (5 gram/liter air ) ketika bibit telah berumur 2 minggu, selanjutnya 2 minggu sekali pemupukan dilakukan hingga bibit berumur 3 bulan dan siap ditanam di lapangan.

2.2  Sumber Benih

Untuk perbanyakan tanaman jati, diperhitungkan juga faktor reproduksi tanaman dimana pohon jati yang telah melewati masa juvenil akan segera berbunga, berbuah dan menghasilkan benih yang akan dipergunakan untuk kegiatan penanaman. Sumber benih adalah suatu individu atau tegakan baik yang tumbuh secara alami (hutan alam) ataupun yang ditanam (hutan tanaman) yang digunakan (ditunjuk, dibangun dan dikelola sebagai sumber benih).

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 85/Kpts-II/ 2001, ada 6 klas atau kategori sumber benih tanaman hutan sebagai berikut:

1.    Zona pengumpulan benih,
2.    Tegakan benih teridentifikasi,
3.    Tegakan benih terseleksi,
4.    Areal produksi benih (APB),
5.    Tegakan benih provenan dan
6.    Kebun benih.

Keberhasilan dan kualitas tanaman sangat tergantung kepada sumber benih yang digunakan. Benih dari Areal Produksi Benih (APB) yang terbaik dapat meningkatkan volume 5-12% dibandingkan benih dari tegakan benih. Penggunaan benih dari kebun benih klonal dapat menghasilkan peningkatan volume 5-10% dibandingkan dengan APB. Sedangkan penggunaan benih dari kebun benih klonal dapat menghasilkan peningkatan volume sebesar 12 % dibandingkan dengan tegakan benih.

Pohon plus jati di Jawa terdapat sebanyak 182 pohon, tersebar di Jawa Tengah sebanyak 111 pohon (8 KPH) dengan produksi benih 55,5 - 333 kg/tahun, di Jawa Timur sebanyak 53 pohon (6 KPH) dengan produksi benih 26,5 - 159 kg/tahun, sedangkan di Jawa Barat sebanyak 18 pohon (8 KPH) dengan produksi benih 9 - 54 kg/tahun.

2.3  Kelebihan dan kekurangan secara generatif

Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan menanam biji yang dihasilkan dari penyerbukan antara bunga jantan (serbuk sari) dan bunga betina (kepala putik). Secara alami proses penyerbukan terjadi dengan bantuan angin atau serangga. Namun, saat ini penyerbukan sering dilakukan manusia, terutama para pemulia tanaman untuk memperbanyak atau menyilang tanaman dari beberapa varietas yang berbeda.

Keunggulan tanaman hasil perbanyakan secara generatif adalah sistem perakarannya yang kuat dan rimbun. Oleh karena itu, sering dijadikan sebagai batang bawah untuk okulasi atau sambungan. Selain itu, tanaman hasil perbanyakan generatif juga digunakan untuk program penghijauan di lahan-lahan kritis yang lebih mementingkan konservasi lahan dibandingkan dengan produksi buahnya. Bahkan, kegiatan budidaya tanaman sayur dan beberapa jenis buah-buahan semusim seperti semangka dan melon tetap menggunakan bibit biji yang berasal dari perbanyakan secara generatif, tetapi bibit yang digunakan merupakan bibit-bibit unggul atau bibit biji varietas hibrida yang kualitas dan kuantitas buahnya tidak diragukan lagi.
     
Sementara itu, ada beberapa kelemahan dari perbanyakan secara generatif, yaitu sifat biji yang dihasilkan sering menyimpang dari sifat pohon induknya. Jika ditanam, dari ratusan atau ribuan biji yang bersal dari satu pohon induk yang sama akan menghasilkan banyak tanaman baru dengan sifat yang beragam. Ada yang sifatnya sama, atau bahkan lebih unggul dibandingkan dengan sifat pohon induknya. Namun, ada juga yang sama sekali tidak membawa sifat unggul pohon induk, bahkan lebih buruk sifatnya. Keragaman sifat ini terjadi karena adanya pengaruh mutasi gen dari pohon induk jantan dan betina.

Kelemahan lainnya, pertumbuhan vegetatif tanaman hasil perbanyakan secara generatif juga relatif lambat. Karena diawal pertumbuhannya, makanan yang dihasilkan dari proses fotosintesa lebih banyak digunakan untuk membentuk batang dan tajuk tanaman. Akibatnya, tanaman memerlukan waktu yang lama untuk berbunga dan berbuah. Contohnya tanaman mangga, durian, lengkeng, manggis atau duku yang berasal dari hasil perbanyakan secara generatif, baru akan berbuah setelah 8-10 tahun setelah tanam.

III. PENUTUP
3.1  Kesimpulan

Salah satu metode yang digunakan dalam memperbanyak tanaman jati adalah perbanyakan generatif (biji). Dengan menggunakan biji terpilih. Sumber benih adalah suatu individu atau tegakan baik yang tumbuh secara alami (hutan alam) ataupun yang ditanam (hutan tanaman) yang digunakan (ditunjuk, dibangun dan dikelola sebagai sumber benih).

Keunggulan tanaman hasil perbanyakan secara generatif adalah sistem perakarannya yang kuat dan rimbun. Kelemahan dari perbanyakan secara generatif, yaitu sifat biji yang dihasilkan sering menyimpang dari sifat pohon induknya.

3.2 Saran

Saya sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kesalahan/kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan sumbangsih saran yang membangun demi kesempurnaan dan perbaikan makalah ini selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2001. Keuntungan Investasi Budi Daya Hutan Jati. Satu Pilihan Investasi Bijaksana. http://www.reforeste.com
Mahfudz et al, 2003. Sekilas Jati. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Purwobinangun. Yogyakarta
Sumarna, Y. 2003. Budidaya Jati. PT. Penebar Swadaya. Jakarta

Makalah Komposisi dan Jenis Media serta Fungsi dalam Kultur Jaringan Tanaman Kehutanan

Makalah Komposisi dan Jenis Media � Media serta Fungsi dalam Kultur Jaringan pada tanaman Kehutanan
A.    Latar Belakang
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali. Dalam hal ini, teknik kultur jaringan jaringan memanfaatkan prinsip perbanyakan tumbuhan secara vegetatif.

Makalah Komposisi dan Jenis Media serta Fungsi dalam Kultur Jaringan Tanaman Kehutanan
Berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan secara konvensional, teknik kultur jaringan dilakukan dalam kondisi aseptik di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu. Karena itu, teknik ini sering kali disebut kultur �in vitro�, yang berasal dari dari bahasa latin, yang berarti �di dalam kaca�, yang maksudnya adalah bahwa jaringan tersebut dikembangbiakkan pada botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu.
Teori dasar dari kultur in vitro adalah totipotensi. Teori ini mempercayai bahwa setiap bagian tanaman dapat berkembang biak karena seluruh bagian tanaman terdiri atas jaringan-jaringan hidup. Oleh karena itu, semua organisme baru yang berhasil ditumbuhkan akan memiliki sifat yang sama persis dengan induknya.
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, macam-macam media kultur jaringan telah ditemukan sehingga jumlahnya cukup banyak. Nama-nama media tumbuh untuk eksplan ini biasanya sesuai dengan nama penemunya. Media tumbuh untuk eksplan berisi kualitatif komponen bahan kimia yang hampir sama, hanya agak berbeda dalam besarnya kadar untuk tiap-tiap persenyawaan.
Media yang digunakan biasanya berupa garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu diperlukan juga bahan tambahan seperti agar-agar, gula, arang aktif, bahan organik dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenis maupun jumlahnya. Medium yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Medium yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf agar tidak terjadi kontaminasi dari bakteri maupun cendawan. Komposisi media yang digunakan dalam kultur jaringan dapat berbeda jenis dan konsentrasinya. Perbedaan komposisi media dapat mengakibatkan perbedaan pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang ditumbuhkan secara invitro.
B.    Rumusan Masalah
1.    apa yang di maksud dengan kultur jaringan.?
2.    komposisi jenis jenis media apa saja yang digunakan untuk  kultur jaringan pada tanaman kehutanan.?
3.    bagaimana fungsi- fungsi dari masing- masing media dalam kultur jaringan ? 
C.    Tujuan
Untuk mengetahui jenis-jenis media dan komposisi dalam kultur jaringan dalam tanaman kehutanan dan mengetahui fungsi-fungsi dari  masing � masing media kultur jaringan tersebut.
BAB II  PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kultur Jaringan
Kultur jaringan merupakan terjemahan dari Tissue culture. Tissue dalam bahasa Indonesia adalah jaringan yaitu sekelompok sel yang yang mempunyai fungsi dan bentuk yang sama, culture diterjemahkan sebagai kultur atau pembudidayaan. Sehingga kultur jaringan diartikan sebagai budidaya jaringan/sel tanaman menjadi tanaman utuh yang kecil yang mempunyai sifat yang sama dengan induknya.
Street (1977) mengemukakan terminologi, plant tissue culture is generally used for the aseptic culture of cells, tissues, organs, and their components under defined physical and condition in vitro. Atau: Kultur Jaringan adala kultur aseptik dari sel, jaringan, organ, atau bagian lain yang kompeten untuk dikulturkan dalam komposisi kimia tertentu dan keadaan lingkungan terkendali. Thorpe (1990) melanjutkan defenisi tersebut, plant culture/tissue culture,also referred to as in vitro, aseptik, or sterile culture is an important tool in both basic and applied studies as well as in commercial application. Artinya, kultur jaringan dapat didefenisikan sebagai metode untuk mengisolasi bagian tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ dan menumbuhkannya dalam media yang tepat dan kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap.
Salah satu teknik bioteknologi yang sering digunakan adalah kultur sel dan jaringan. Menurut Suryowinoto (1991) kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture, weefsel cultuus, atau gewebe kultur. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Kultur jaringan digunakan sebagai istilah umum yang juga meliputi kultur organ ataupun kultur sel. Istilah kultur sel digunakan untuk berbagai kultur yang berasal dari sel-sel yang terdispersi yang diambil dari jaringan asalnya, dari kultur primer, atau dari cell line atau cell strain secara enzimatik, mekanik, atau disagregasi kimiawi.
Terminologi kultur histotypic akan diterapkan untuk jenis kultur jaringan yang menggabungkan kembali sel-sel yang telah terdispersi sedemikian rupa untuk membentuk kultur jaringan. Kultur sel dan jaringan dapat digunakan pada hewan dan tumbuhan. Kultur jaringan hewan merupakan suatu teknik untuk mempertahankan kehidupan sel di luar tubuh organisme. Lingkungan sel dibuat sedimikian rupa, sehingga menyerupai lingkungan asal dari sel yang bersangkutan. Sel yang dipelihara bisa berupa sel tunggal (kultur sel), sel di dalam jaringan (kultur jaringan), maupun sel di dalam organ (kultur organ) (Listyorini, 2001).
Teknik pembuatan kultur primer pada kultur sel, jaringan, dan organ hewan pada dasarnya sama. Sel, jaringan, atau organ hewan diambil dari tubuh hewan dan mulai dipelihara di dalam kondisi in-vitro. Selama di dalam kultur primer semua kebutuhan sel baik sebagai sel tunggal (kultur sel), sebagai bagian dari jaringan (kutur jaringan), maupun sebagai bagian organ (kultur organ) harus dipenuhi agar sel dapat hidup dan menjalankan fungsi normalnya. Kultur jaringan pada tumbuhan merupakan salah satu teknik perbanyakan tumbuhan yang menggunakan sel atau organ atau jaringan tumbuhan Kultur jaringan pada suatu tumbuhan merupakan suatu cara membudidayakan suatu jaringan tumbuhan menjadi tumbuhan kecil yang mempunyai sifat seperti induknya (Hendaryono, 1994).
B.    Jenis � Jenis Komposisi Media Dalam Kultur Jaringan Pada Tanaman Kehutanan
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang biasa digunakan terdiri dari garam mineral ,vitamin, dan hormon.selain itu,diperlukan juga bahan tambahan seperti agar-agar,gula,dan lain-lain. Za pengatur tumbuh ( hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik itu jenisnya maupun jumlahnya yang tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan itu sendiri. Media yang digunakan yang telah jadi, ditempatkan pada tabung reaksi atau botol kaca.dimana media yang digunakan harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan alat yaitu autoklaf (Purwantara, 2012).
Media semi padat ini digunakan karena beberapa alasan antara lain:
1.    eksplan yang kecil mudah terlihat dalam media padat; selama kultur eksplan tetap berada pada orientasi yang sama; eksplan berada di atas permukaan media sehingga tidak diperlukan teknik aerasi tambahan pada kultur; orientasi pertumbuhan tunas dan akar tetap; dan kalus tidak pecah seperti jika ditempatkan pada media cair. Namun penambahan agar dalam beberapa kasus dapat menghambat pertumbuhan karena: agar mungkin mengandung senyawa penghambat yang dapat menghambat morfogenesis beberapa kultur atau memperlambat pertumbuhan kultur; eksudasi fenolik dari eksplan terserap oleh media yang menempel dengan eksplan sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan eksplan; agar harus dicuci bersih dari akar sebelum diaklimatisasi dilakukan (Adriana,2010).
2.    Metode Padat (Solid Method) Metode pada dilakukan dengan tujuan mendapatkan kalus dan kemudian dengan medium diferensiasi yang berguna untuk menumbuhkan akar dan tunas sehingga kalus dapat tumbuh menjadi planlet. Media padat adalah media yang mengandung semua komponen kimia yang dibutuhkan oleh tanaman dan kemudian dipadatkan dengan menambahkan zat pemadat. Zat pemadat tersebut dapat berupa agar-agar batangan, agar-agar bubuk, atau agar-agar kemasan kaleng yang yang memang khusus digunakan untuk media padat untuk kultur jaringan. Media yang terlalu padat akan mengakibatkan akar sukar tumbuh, sebab akar sulit untuk menembus ke dalam media. Sedangkan media yang terlalu lembek akan menyebabkan kegagalan dalam pekerjaan. Kegagalan dapat berupa tenggelamnya eksplan yang ditanam. Eksplan yang tenggelam tidak akan dapat tumbuh menjadi kalus, karena tempat area kalus yaitu pada irisan (jaringan yang luka) tertutup oleh medium. Metode padat dapat digunakan untuk metode kloning, untuk menumbuhkan protoplas stelah diisolasikan, untuk menumbuhkan planlet dari protokormus stelah dipindahkan dari suspensi sel, dan untuk menumbuhkan planlet dari prtoplas yang sudah difusikan (digabungkan).
3.    Metode Cair (Liquid Method) Penggunaan metode cair ini kurang praktis dibandingkan dengan metode padat, karena untuk menumbuhkan kalus langsung dari ekspaln sangat sulit sehingga keberhasilannya sangat kecil dan hana tanaman-tanaman tertentu yang dapat berhasil.Oleh karena itu, penggunaan media cair lebih ditekankan untuk suspensi sel, yaitu untuk menumbuhkan plb (prtocorm like bodies).Dari protokormus ini nantinya dapat tumbuh menjadi planlet apabila dipindahkan kedalam media padat yang sesuai. Pembuatan media cair jauh lebih cepat daripada media padat, karena kita tidak perlu memanaskannya untuk melarutkan agar-agar.Media cair juga tidak memerlukan zat pemadat sehingga keadaannya tetap berupa larutan nutrein
4.    Media Murashige dan Skoog (MS) sering digunakan karena cukup memenuhi unsur hara makro, mikro dan vitamin untuk pertumbuhan tanaman. Nutrien yang tersedia di media berguna untuk metabolisme, dan vitamin pada media dibutuhkan oleh organisme dalam jumlah sedikit untuk  regulasi.
Pada media MS, tidak terdapat zat pengatur tumbuh (ZPT) oleh karena itu ZPT ditambahkan pada media (eksogen). ZPT atau hormon tumbuhan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Interaksi dan keseimbangan antara ZPT yang diberikan dalam media (eksogen) dan yang diproduksi oleh sel secara endogen menentukan arah perkembangan suatu kultur.
Penambahan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh pada jaringan parenkim dapat mengembalikan jaringan ini menjadi meristematik kembali dan berkembang menjadi jaringan  adventif tempat pucuk, tunas, akar maupun daun pada lokasi yang tidak semestinya. Proses ini dikenal dengan peristiwa dediferensiasi. Dediferensiasi ditandai dengan peningkatan aktivitas pembelahan, pembesaran sel, dan perkembangan jaringan.
Metode perbanyakan tanaman secara in vitro dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu:
1.    Melalui perbanyakan tunas dari mata tunas apikal,
2.    Melalui pembentukan tunas adventif,
3.    Embriogenesis somatik, baik secara langsung maupun melalui tahap pembentukan kalus.
Ada beberapa tipe jaringan yang digunakan sebagai eksplan dalam pengerjaan kultur jaringan :
1.    Jaringan muda yang belum mengalami diferensiasi dan masih aktif membelah (meristematik) sehingga memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi. Jaringan tipe pertama ini biasa ditemukan  pada tunas apikal, tunas aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun kambium batang.
2.    Jaringan parenkima, yaitu jaringan penyusun tanaman muda yang sudah mengalami diferensiasi dan menjalankan fungsinya. Contoh jaringan tersebut adalah jaringan daun yang sudah berfotosintesis dan jaringan batang atau akar yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.
C.    Fungsi Fungsi Dari Kultur Jaringan
Manfaat, Kelemahan dan Keuntungan Kultur Jaringan Manfaat Kultur Jaringan melestarikan sifat tanaman induk menghasilkan tanaman yang memiliki sifat sama menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat dapat menghasilkan tanaman yang bebas virus dapat dijadikan sarana untuk melestarikan plasma nutfah untuk menciptakan varietas baru melalui rekayasa genetika. Sel yang telah direkayasa dikembangkan melalui kultur jaringan sehingga menjadi tanaman baru secara lengkap pelaksanaannya tidak tergantung pada musim.
Mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis dengan induknya. Dapat diperoleh sifat-sifat tanaman yang dikehendaki metabolit sekunder tanaman segera didapat tanpa perlu menunggu tanaman dewasa produksi tanaman bebas virus dengan teknik kultur meristem. Pelestarian plasma nutfah tanaman juga dapat dilakukan dengan teknik kultur jaringan dengan penyimpanan untuk jangka panjang. Untuk dapat menghasilkan tanaman dengan jumlah banyak dan beragam.
Perbanyakan tanaman secara besar-besaran telah dibuktikan keberhasilannya pada perkebunan kelapa sawit dan tebu.Usaha yang paling tepat untuk melestarikan tanaman yang terancam punah. Kultur jaringan juga mempunyai manfaat yang besar dibidang farmasi, karena dari usaha ini dapat dihasilkan metabolit skunder upaya untuk pembuatan obat-obatan. Melalui perbanyakan vegetatif dengan kultur jaringan ternyata juga berpengaruh terhadap devisa negara. Misalnya, dengan terlaksananya ekspor tanaman anggrek ke negara lain, maka akan menaikkan devisan negara dibidang pertanian. Kelemahan kultur jaringan diperlukan biaya awal yang relatif tinggi hanya mampu dilakukan oleh orang-orang tertentu, karena memerlukan keahlian khusus bibit hasil kultur jaringan memerlukan proses aklimatisasi, karena terbiasa dalam kondisi lembap dan aseptik. Keuntungan Kultur Jaringan pengadaan bibit tidak tergantung musim bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif lebih cepat (dari satu mata tunas yang sudah respon dalam 1 tahun dapat dihasilkan minimal 10.000 planlet/bibit) bibit yang dihasilkan seragam bibit yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu) biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan lingkungan dapat diperoleh sifat-sifat yang dikehendaki metabolit sekunder tanaman segera didapat tanpa perlu menunggu tanaman dewasa.
Produk Kultur Jaringan Perbanyakan tanaman melalui teknik kultur jaringan memeiliki beberapa keuntungan, yaitu diperolehnya bibit yang seragam dalam jumlah besar. Teknik ini sangat bermanfaat untuk tanaman-tanaman yang diperbanyak secara vegatatif. Adapun tanaman yang telah berhasil diperbanyak antara lain tanaman hias (misal: anggrek dan mawar), tanaman obat (misal: purwoceng dan bidara upas), tanaman berkayu (misal: jati dan cendana), serta tanaman buah-buahan (misal: pisang dan manggis). Indonesia memiliki kekayaan plasma nutfah yang besar yang perlu dilestarikan. Pelestarian di alam secara konvensional menghadapi kedala hilangnya tanaman tersebut akibat kondisi lingkungan. Penyimpanan secara kultur jaringan memberikan alternatif pemecahan kendala tersebut, terutama untuk tanaman yang diperbanyak secara vegetatif. Penyimpanan secara kultur jaringan dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pertumbuhan minimal (minimal growth) dan kriopreservasi. Perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan diaplikasikan terutama pada tanaman-tanaman yang sulit dikembangbiakan secara generatif, akan dieksploitasi secara besar-besaran (seperti lada, jahe, pisang, jati, kapolaga, panili, abaka, berbagai tanaman obat dan tanaman hortikultura, pada tanaman tahunan penyerbuk silang, (seperti jambu mente, cengkeh, melinjo, asam dan kapuk), pada berbagai tanaman tahunan seperti tanaman kehutanan (jati, cendana) dan tanaman buah-buahan. Pada tanaman-tanaman tersebut perbanyakan melalui kultur jaringan, bila berhasil dapat lebih menguntungkan karena sifatnya akan sama dengan induknya, seragam, dalam waktu yang singkat bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dan bebas penyakit.
BAB III
KESIMPULAN
A.    Kesimpulan
Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Kultur jaringan digunakan sebagai istilah umum yang juga meliputi kultur organ ataupun kultur sel. Istilah kultur sel digunakan untuk berbagai kultur yang berasal dari sel-sel yang terdispersi yang diambil dari jaringan asalnya, dari kultur primer, atau dari cell line atau cell strain secara enzimatik, mekanik, atau disagregasi kimiawi.
Kultur Jaringan melestarikan sifat tanaman induk menghasilkan tanaman yang memiliki sifat sama menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat dapat menghasilkan tanaman yang bebas virus dapat dijadikan sarana untuk melestarikan plasma nutfah untuk menciptakan varietas baru melalui rekayasa genetika.