Wakil Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Endang
Sukara menilai kasus jurnal ilmiah dengan nama penulis Nono Lee, Inul
Daratista, dan Agnes Monica merupakan bentuk plagiarisme sekaligus
pelecehan terhadap para peneliti.
Ia mengatakan modus
pelecehan terhadap ilmuwan bisa bermacam-macam bentuknya. Modus yang
perlu diwaspadai adalah undangan dari penyelenggara kegiatan seminar di
luar negeri.
"Panitia penyelenggara menawarkan hibah
pendanaan mengikuti seminar tersebut dengan cara diganti jika hadir pada
seminar yang dimaksud," kata Endang, Rabu, 29 Agustus 2012. Namun,
ternyata seminarnya bohong, hotel yang disediakan juga tidak ada.
Nama
Inul dan Agnes muncul dalam artikel berjudul "Mapping Indonesian Paddy
Fields Using Multiple-Temporal Satellite Imagery" yang dimuat di jurnal
African Journal of Agricultural Research, volume 7, nomor 28, halaman
4.038-4.044, terbit 24 Juli 2012. Di artikel itu, nama Agnes dan Inul
ditulis sebagai penulis kedua dan ketiga, mendampingi Nono Lee sebagai
penulis pertama.
Nama Nono Lee sebelumnya berduet dengan
peneliti siluman bernama Pejabat Palsu. Nama keduanya tercantum dalam
artikel berjudul "Mapping Indonesian Rice Areas Using Multiple-Temporal
Satellite Imagery" yang dimuat dalam jurnal Scholarly Journal of
Agricultural Science, volume 2, nomor 6, halaman 119-125, terbit Juni
2012.
Tidak jelas siapa Nono Lee ini, apakah dia memang
benar seorang peneliti bidang pertanian atau bukan. Yang jelas, Endang
memastikan kedua artikel ilmiah tersebut hasil jiplakan.
Hal
itu dibuktikan dari penelusuran Kepala Pusat Dokumentasi dan Informasi
Ilmiah LIPI Sri Hartinah dan timnya, yang menemukan bahwa artikel yang
ditulis oleh Nono Lee bersama Inul dan Agnes ternyata diambil dari
tulisan Arika Brdhikitta dan Thomas J. Overcamp, dengan judul
"Estimation of Southeast Asian Rice Paddy Areas with Different Ecosystem
from Moderate-Resolution Satellite Imagery", yang dipadukan dengan
tulisan Abdul Karim Makarim dari Central Research Institute for Food
Crops yang beralamat di Jalan Merdeka 147, Bogor, dengan judul "Bridging
the Rice Yield Gap in Indonesia".
Melihat kenyataan ini,
Endang mengimbau para peneliti dan ilmuwan di Tanah Air meningkatkan
kewaspadaan. Jangan terjebak atas tawaran untuk mengirimkan naskah karya
tulis ilmiah ke suatu jurnal. Jangan pula mudah terbujuk membantu
sebagai editor atau dewan editor jurnal ilmiah.
Namun
meningkatkan kewaspadaan saja masih belum cukup. Endang mengingatkan
pula para peneliti dan ilmuwan supaya menjaga kredibilitas dengan
berpegang teguh pada etika peneliti dan penelitian. LIPI sendiri telah
memagari para penelitinya dengan menerbitkan Pedoman Etika Penelitian
dan membentuk Komisi Etika Peneliti.
Upaya serupa dapat
dilakukan lembaga penelitian lain dan perguruan tinggi. "Sudah waktunya
juga para peneliti dan ilmuwan di Indonesia mengisi jurnal yang kita
miliki," kata Endang. Dengan tulisan yang baik dan terpercaya,
diharapkan jurnal ilmiah di Indonesia mampu sejajar dengan jurnal
terpercaya lainnya.
sumber