Oleh A.S LAKSANA
Cerita Yang Baik Akan Abadi
Dua urusan sangat penting di muka bumi sudah kita selesaikan. Pertama, memilih presiden - yang begitu meriah dan emosional dan hampir terasa seperti tarik-menarik antara memilih khalifah atau memilih kepala administrasi biasa saja. Kedua, berkubang dalam puasa sebulan penuh untuk membersihkan diri sendiri sehingga manusia kini sudah kembali suci seperti orok baru lahir. Bedanya, pada kelahiran kita tidak merengek minta susu ibu.
Karena itu, sekarang kita bisa kembali mengurusi hal hal sepele. Salah satunya menjawab pertanyaan bagaimana cara menulis yang bagus. Dalam situasi normal, misal ketika kita ngobrol ngobrol di warung kopi, saya biasa menanyakan sebagus tulisan siapa yang dia maksudkan bagus. Saya merasa perlu menanyakan hal itu karena bagus menurutnya belum tentu bagus menurut saya atau bagus menurut saya belum tent bagus menurut dia. Mungkin dia punya penulis idola dan ingin menulis sebagus idolanya atau lebaih bagus lagi. Atau mungkin bermaksu menjadi penulis tampak cerdas dan pemahamannya tentang cerita yang cerdas berbeda dari pemahaman saya.
Setiap Cerita Adalah Metafora
Dalam pemahaman saya, cerita Anda menjadi cerdas karena kemampuan Anda untuk menyampaikan pesan secara tidak langsung melalui keseluruhan cerita itu sendiri, bukan melalui penjelasan Anda, atau melalui petuah dari mulut tokoh-tokoh cerita atau melalui catatan terakhir di akhir karangan, " Moral cerita ini adalah......."
Anda menyampaikan nilai-nilai kesatrian melalui cerita, melalui tindakan dan perilaku tokoh cerita Anda, melalui rangkaian adegan demi adegan. Anda menyampaikan kesia-siaan hidup melalui cerita dan memberikan keleluasaan kepada pembaca untuk memberikan tafsir berdasarkan pengetahuan eksperiensial mereka. Anda menyampaikan kehancuran cinta melalui serangkaian kejadian dan tindakan tokoh tokoh cerita Anda.
Artinya, dalam definisi yang diperluas, cerita adalah metafora. Anda menyampaikan pesan apapun tidak dengan cara petuah lansung atau melalui kuliah, melainkan dalam cara langsung -melalui dunia rekaan yang Anda bangun. Karena itu, setiap cerita yang baik selalu multitafsir. Sebab, setiap pembaca memiliki tafsir masing-masing. Setiap individu akan mendekati cerita melalui pengalaman pribadi mereka.
Tanpa pemahaman seperti itu, Seorang penulis bisa terjerumus menjadi ceritanya sebagai kendaraan untuk berkhotbah atau menyampaikan pelajaran-pelajaran moral. Tanpa memahami cerita sebagai metafora, kita akan cenderung menjadi "pendidik" atau "tukang petuah". Itulah kekeliruan sangat fatal yang dilakukan penulis cerita.
Cerita Yang Baik Akan Abadi
Pertanyaannya, kenapa Mahabharata tetap bisa dibaca hingga hari ini, sementara banyak novel yang dilupakan orang hanya selang beberapa tahun dari penerbitannya? Kenapa Don Quixote tetap dibicarakan dan dibaca orang hingga hari ini? Kenapa Romeo And Juliet atau beberapa cerita Shakespeare lainnya tidak pernah usang untuk kembali dituturkan?
Apakah karena cerita-cerita itu sarat nilai-nilai dan falsafah hidup?
Apakah karena cerita-cerita itu sarat nilai-nilai dan falsafah hidup?
Menurut saya, karena mereka adalah cerita-cerita yang baik. Setiap cerita yang baik selalu sanggup melepaskan diri dari dimensi ruang dan waktu. Sebab, ia memiliki kesejajaran dengan pengalaman hidup para pembicaranya, dari berbagai masa, dari berbagai tempat di muka bumi.
Don Quixote bertarung melawan kincir angin karena dalam penglihatannya kincir angin adalah sosok raksasa. Itu metafora yang tetap bisa kita temukan kesejajarannya dengan pengalaman kita hari ini. Anda bisa menemukan di sekitar Anda orang -orang yang "bertempur melawan kincir angin" seperti Don Quixote dan merasa dirinya sedang memerangi raksasa.
Kisah Mahabharata yang ditulis Resi Wiyasa sekitar 300 tahun sebelum Masehi bahkan sudah menjadi seoerti milik kita. Ia tetap dituturkan hingga sekarang dalam berbagai versi dan tidak ketinggalan zaman. Begitu pula Shakespeare. Bahasa Inggris yang digunakan Shakespearce tentu sudah terasa kuno tetapi cerita-ceritanya tidak pernah usang. Semata-mata karena pembaca, dari manapun asalnya dan dari kapanpun, selalu bisa menemukan kesejajaran antara cerita-cerita itu dan pengalaman pribadi mereka.
Cerita yang Bagus Memperluas Kemungkinan Penafsiran
Saya membaca karya Kahlil gibran kali pertama ketika SMA dan menemukan kalimat yang saya ingat hingga sekarang. "Anakmu bukan anakmu. Mereka putra-putri Kehidupan ..." Itu frasa yang sangat populer dari buku Sang Nabi. Di masa remaja, ketika saya sedang suka membantah, penggalan kalimat tersebut seperti memberikan pengesahan untuk melakukan apapun tanpa perlu mendengarkan suara orang lain yang tidak setuju. Yang terpenting bagi saya waktu itu adalah bagaimana mempertanggungjawabkan setiap keputusan yang saya ambil. Saya ini putra kehidupan dan orang tua tidak boleh banyak-banyak ikut campur.
Ketika kuliah dan punya hasrat untuk selalu ikut dalam kegiatan turun ke jalan untuk menggugat apa saja, kalimat Gibran itu muncul lagi dan seperti memberikan kekuatan untuk melakukan perlawanan. Sekarang, ketika saya sudah menjadi orang tua, kalimat itu seperti menyediakan makna baru lagi buat saya.
Penggalan dari Gibran tersebut adalah frasa yang sederhana saja dan mudah dicerna,namun memiliki kekuatan sontoloyo untuk terus bertahan hidup. Ia selalu kontekstual dengan pengalaman hidup saya. Ia selalu memiliki makna baru, mengikuti perkembangan pembacanya. Dan frasa itu memungkinkan Anda menafsirkannya dengan cara Anda sendiri. Ia terbuka untuk segala kemungkinan penafsiran.
Setiap cerita yang baik, Anda tahu, selalu memiliki kualitas itu. Ia mampu memperbaharui maknanya sendiri,mengikuti pengetahuan eksperiensial pembacanya.
Dengan tiga hal itu, saya ingin menyampaikan bahwa dalam perkembangan teknik penceritaan sampai hari ini, Anda boleh memperlakukan cerita sebagai alat ekspresi atau saran eksperimen dengan bentuk-bentuk penceritaan atau sebagai apa saja, terserah Anda. Namun, orang tak pernah menyangkal bahwa bagaimanapun cerita adalah sebuah bentuk komunikasi. Dan sebagai sebuah komunikasi, ia paling cocok bagi siapa saja. Instruksi atau nasihat akan menabrak secara langsung kesadaran orang, teori membuat pikiran bekerja keras, tetapi menyelinap sebagai sebuah pengalaman ke dalam benak orang.
Setiap orang akan menerimanya dengan cara pandang masing-masing, dengan cara berpikir masing-masing, dan dengan seluruh pengalaman personal sebagai kerangka acuan. Karena itu, setiap orang sering akan menemukan pesan yang berbeda-beda dari sebuah cerita.
Kembali ke pertanyaan tentang bagaimana cara menulis bagus, yang disampaikan dengan berbagai variasi penulisan -dan yang paling unik adalah "bgm cara x nulis bgs?" atau "Ajari sy biar nulisx bs bags,Maz." Sering bingung menjawabnya jika itu disampaikan oleh seseorang melalui akun Twitter. Di media sosial tersebut Anda hanya bisa menulis satu atau dua kalimat pendek dan tidak bisa lebih dari 140 karakter.
Akhirnya, setelah berpikir sangat lama tentang bagaimana cara menemukan jawaban paling ringkas untuk satu hal yang orang-orang lain mungkin mempelajarinya seumur hidup, saya daptkan juga kaliamat yang ringkas dan tepat, "Rajin-rajinlah berdoa."
Itu temuan yang luar biasa di abad informasi. Saya merasa seperti Arcimedes melihat air meluap dari kulahnya dan berseru ,"Eureka!" Mungkin sekarang ini mereka sudah berhasil menjadi penulis bagus dengan mengamalkan jawaban saya. Mungkin benayak yang gagal karena tidak rajin dan tidak khusyuk berdoa.
Sumber : JAWAPOS edisi Minggu 3 Agustus 2014 halaman 4 rubrik RUANG PUTIH.
0 komentar:
Post a Comment